KUALA LUMPUR - Mahathir Mohamad mengajukan surat pengunduran diri sebagai perdana menteri (PM) kepada Raja Malaysia, Yang Dipertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah pada Senin (24/2/2020), pukul 13.00 waktu setempat.

Dikutip dari Detik.com, pengunduran diri secara tiba-tiba ini dilakukan Mahathir seiring partai politiknya keluar dari aliansi berkuasa Pakatan Harapan, di tengah pergolakan politik yang mengejutkan, kurang dari dua tahun setelah kemenangan Mahathir dalam pemilihan umum Malaysia.

Mahathir mundur di tengah rencana pendukungnya bergabung dengan partai-partai oposisi guna membentuk pemerintahan baru dan menghalangi transisi kekuasaan ke Anwar Ibrahim, yang selama ini disebut-sebut sebagai calon pengganti Mahathir.

Hanya beberapa menit sebelum pengunduran diri Mahathir, partai Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) yang menaungi Mahathir mengumumkan akan keluar dari aliansi Pakatan Harapan dan mendukung Mahathir sebagai PM. Belasan anggota parlemen lainnya, termasuk sejumlah menteri Kabinet, juga mengumumkan keluar dari partai Anwar, Partai Keadilan Rakyat (PKR).

Seperti dilansir New York Times, Senin (24/2/2020), dengan sekitar 50 anggota parlemen dari partai PPBM dan PKR keluar dari aliansi Pakatan Harapan, manuver ini meninggalkan keraguan apakah Anwar akan mendapat cukup dukungan untuk menjadi PM Malaysia, menggantikan Mahathir.

Manuver politik itu akan memampukan Mahathir tetap dalam kekuasaan dan menghalangi Anwar untuk menjabat PM Malaysia, mengulang kembali permusuhan lama beberapa dekade lalu. Diketahui bahwa saat Mahathir menjabat PM Malaysia beberapa tahun lalu, Anwar yang menjabat Wakil PM dilengserkan dari kursinya dengan tudingan kasus korupsi dan sodomi. Mahathir dan Anwar sepakat membentuk koalisi dalam pemilu Mei 2018 untuk melengserkan Najib.

Hubungan antara Mahathir dan Anwar diwarnai gejolak, dengan Mahathir menolak untuk menetapkan tanggal penyerahan kekuasaan kepada Anwar meskipun ada kesepakatan pra-pemilu untuk hal tersebut.

Pada Ahad (23/2) malam, Anwar mengonfirmasi adanya upaya dari beberapa anggota partai PPBM dan 'sejumlah pengkhianat' dari partainya sendiri, PKR, untuk membentuk pemerintahan baru. Namun demikian, Anwar menekankan saat itu bahwa situasinya masih cair.

Di tengah pergolakan politik ini, Anwar dan istrinya, Wan Azizah Wan Ismail, yang kini menjabat Deputi PM Malaysia, dilaporkan akan bertemu Raja Malaysia hari Senin ini. Dalam cuitannya di Twitter, Wan Azizah menulis ''manusia bisa berencana tapi Allah yang memutuskan,'' seraya menyerukan para pendukung untuk percaya bahwa Tuhan akan memihak pada mereka yang bersabar.

Sebelum pergolakan politik yang tiba-tiba ini, Mahathir telah berulang kali mengatakan bahwa dirinya akan mundur setelah Malaysia menjadi tuan rumah KTT APEC pada November tahun ini. Diketahui bahwa sebelum pemilihan umum Malaysia ke-14, Pakatan telah setuju bahwa Mahathir akan menjadi PM selama dua tahun sebelum kemudian menyerahkan jabatan tersebut kepada Presiden PKR, Anwar Ibrahim.

Para pendukung Anwar telah mendesak agar perjanjian soal dua tahun menjabat itu ditepati. Mahathir pun telah berulang kali menegaskan bahwa dirinya akan menyerahkan jabatannya ke Anwar setelah KTT APEC.

Pada Kamis (20/2), kelompok veteran PKR, Otai Reformist 1998 menyatakan bahwa mereka menginginkan Anwar menjadi PM Malaysia pada Mei mendatang. Anwar sendiri mengatakan bahwa tidak perlu ada tekanan padanya maupun Mahathir mengenai isu pergantian kepemimpinan.***