PEKANBARU, GORIAU.COM - Kabut asap yang merupakan dampak dari peristiwa kebakaran lahan tiap tahun sudah menjadi 'kewajiban', selalu datang menyelimuti berbagai kawasan di Provinsi Riau. Kondisi itu sangat menganggu, namun justru 'memikat' bagai kupu-kupu malam yang selalu 'menggerayang' para pria hidung belang.

Kabut asap, menjadi bencana tahunan yang datang bagai 'jelangkung', kemunculannya tak diundang, pulang pun tak diantar, menuju negerinya yang berada di seberang pulau. Itu karena tuan mereka berada di negeri serumpun itu.

Kabut asap juga bagai virus HIV/Aids yang tidak hanya mematikan, namun terus menyebar dengan begitu cepat. Hal itu dibuktikan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, dimana sejak memasuki musim kemarau dua pekan ini, wilayah Riau mulai 'dibanjiri' titik panas yang diindikasi sebagai kebakaran lahan.

Analis lembaga pemantau dan pengamat cuaca itu mengatakan, ada ribuan titik kebakaran lahan terjadi di 'Bumi Melayu' sepanjang dua pekan ini, Keberadaannya membuat ragam tanaman turut melayu. Tak lagi seindah kala dulu, semasa 'kalpataru' masih dipangkuan manusia 'Talang Mamak'.

Berbeda dengan virus HIV/Aids yang sistem penyebarannya harus melalui hubungan seks, meski sesama jenis. Secara langsung, kemunculan titik panas yang begitu banyak menyebabkan lingkungan menjadi tercemar kabut asap tebal, khususnya di sejumlah wilayah yang mengalami kebakaran hutan atau lahan secara hebat.

Bahkan, begitu parahnya penyebaran 'virus' ini, menyebabkan lingkungan udara di beberapa negara seperti Malaysia dan Singapura menjadi tercemar asap.

Situs web Badan Lingkungan Nasional (NEA) Singapura menyatakan, kabut asap di negara itu telah muncul sejak Senin (17/6/2013). Sementara Indeks Standar Polutan Udara (ISPU) di negara tersebut menujukkan level 80 atau dikategorikan sedang, dimana pada level indeks di atas 100 dianggap sudah tidak sehat.

Kabut itu terlihat di jalan-jalan di kawasan pusat bisnis Singapura tetapi sejauh ini tidak mempengaruhi bisnis atau transportasi udara. Warga berpenyakit jantung dan paru-paru, serta mereka yang berusia lebih dari 65 dan anak-anak disarankan pemerintah di negara itu untuk tidak terlalu lama berada di tempat terbuka atau di luar ruangan.

Selain Singapura, Malaysia juga telah terpengaruh oleh masalah kabut asap yang berulang terjadi pada musim kemarau sebagai akibat kebakaran hutan di kepulauan Indonesia khususnya Sumatera.

Kabut asap mencapai level yang tidak sehat di Malaysia selama akhir pekan. Pada Senin (17/6), indeks polutan udara di Malaysia menunjukkan level yang tidak sehat antara 102 dan 121 di negara bagian Pahang, Terengganu dan Malaka.

Sementara di Ibu Kota Kuala Lumpur, dikabarkan langit tetap berkabut dengan indeks menunjukan angka 82 yang berarti cukup tidak sehat. Dua negara ini kemudian melontarkan protes melalui berbagai media massa di sana tentang ketidaktegasan pemerintah Indoensia dalam mengatasi peroalan 'virus' asap tersebut.

Virus Asing

Aneh, memprotes tanpa harus mengetahui lebih dulu titik persoalan itu. Karena ternyata, titik kebakaran lahan yang mengakibat kemunculan kabut asap itu sebagian berada di kawasan perusahaan asal dua negara itu.

Menjadi suatu hal yang mengejutkan, 'virus' asap itu memang tahu siapa tuannya. bagai jelangkung, meski datang tak diundang, pulang tanpa harus diberikan penunjuk arah.

Indikasi itu muncul setelah satelit pemantau cuaca dan pendeteksi panas bumi (NOAA) pada Selasa (18/6/2013) merekam keberadaan sebanyak 148 titik panas di Riau. Menurut data NOAA yang diterbitkan pihak Dinas Kehutanan Provinsi Riau, sebagian titik panas yang diduga sebagai peristiwa kebakaran lahan tersebut berada di kawasan HTI dan perkebunan milik pemodal asing, diantaranya yakni PT Langgam Inti Hibrida.

Perusahaan tersebut merupakan perusahaan milik pengusaha Malaysia, dimana ketika itu, terdapat beberapa titik kebakaran lahan di arealnya yang berlokasi di Desa Sering, Kecamatan Pelalawan, Kabupaten Pelalawan, Riau.

Kemudian, NOAA mendeteksi beberapa titik kebakaran lahan di kawasan perkebunan milik PT Bumi Reksa Nusa Sejati yang juga milik pengusaha Malaysia.

Menurut data tersebut, sejumlah titik panas itu berda di dua lokasi areal perkebunan PT Bumi Reksa Nusa Sejati, yakni di sekitar Desa Simpang Kateman, Kecamatan Pelagiran, dan satu lagi di sekitar Desa Bente, Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir.

Titik panas juga berada di kawasan perkebunan milik perusahaan Malaysia lainnya, seperti PT Tunggal Mitra Plantation, PT Udaya Loh Dinawi, PT Abdi Plantation, PT Jati Jaya Perkasa, PT Multi Gambut Industry, PT Bumi Reksa Nusa Sejati, dan PT Mustika Agro Lestari.

Kemudian, kebakaran terjadi di kawasan hutan tanam industri milik PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang sebagian sahamnya juga dimiliki oleh pihak asing. Fakta ini diperkuat dengan hasil investigasi pihak Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Kerugian Dahsyat

Kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah Provinsi Riau sejauh ini telah mendatangkan kerugian yang teramat dahsyat, melebihi gejala HIV/Aids. Sementara kabut asap yang menjadi dampaknya, menjelma bagai kupu-kupu, menarik perhatian publik melalui lensa-lensa kamera 'penggila' peristiwa.

Seorang pakar dari Universitas Riau mengatakan, kabut asap sisa kebakaran lahan berpotensi memberikan tiga dampak negatif, yakni tercemarnya lingkungan, terganggunya kesehatan manusia dan melemahkan roda perekonomian bangsa.

Partikel yang terkandung pada asap sisa kebakaran hutan dan lahan terpecah menjadi tiga bagian, diantaranya yakni pertikel yang sangat halus. Partikel ini sangat mudah terbawa oleh angin dan menyebabkan meluasnya pencemaran akibat dari kebakaran tersebut.

Kemudian, jika sisa partikel halus ini sampai menyentuh kawasan hutan dan pepohonan pada taman kota, maka udara dapat tersaring, zat-zat berbahaya yang sebelumnya terbawa menempel di dedaunan pepohonan yang dilintasi.

Kondisi tersebut menurut pakar juga dapat membahayakan kesehatan manusia, terlebih jika manusia itu menghirup udara dan mengonsumsi air yang telah tercemar secara langsung. Udara dan air yang telah tercemar secara langsung akan mampu mengotori paru-paru serta menghambat saluran pernafasan serta peredaran darah manusia pengonsumsinya.

Lain dari itu, menurut pemerhati lingkungan, kandungan asap dan partikel halus berbahaya yang terbang lebih tinggi bersama udara jika mencapai 'sarang' awan penghujan, maka juga akan mampu mengotori embun atau air hujan yang dihasilkan oleh gumpalan awan penghujan.

Air hujan yang tercemar oleh partikel asap ini diyakini para ahli juga berbahaya jika dikonsumsi secara langsung oleh manusia mengingat kandungan zat asamnya yang sangat tinggi dan dapat mendatangkan kanker pada tubuh manusia.

Peristiwa memilukan, memeberi arti bahwa kebakaran lahan penyebab munculnya kabut asap yang terjadi dari tahun ke tahun ini tak ubahnya kupu-kupu malam, mengobral seks secara gratis, berakhir pada kematian akibat terkena virus HIV/AIDS.(fzr)