JAKARTA, GORIAU.COM - Manajer Kampanye Hutan dan Perkebunan Skala Besar Walhi Nasional Zenzi Suhadi merilis data grup perusahaan yang paling banyak melakukan pembakaran hutan. Dari data itu, grup Wilmar paling banyak melakukan pembakaran hutan.

"Ada total 27 grup Wilmar yang lakukan pembakaran hutan di Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, dan Jambi," kata Zenzi saat dihubungi Kamis, 29 Oktober 2015.

Zenzi menambahkan grup perusahaan Sinar Mas juga banyak melakukan pembakaran. Tiga anak perusahaannya melakukan pembakaran di Provinsi Kalimantan Tengah serta ada enam anak perusahaan dan perusahaan yang berafiliasi dengan Sinar Mas yang melakukannya di Riau. Lalu ada pula delapan anak perusahaannya yang melakukannya di Sumatera Selatan serta dua lagi di Jambi.

Enam perusahaan mitra RGM pun disebut Walhi melakukan pembakaran di Provinsi Riau. Lalu ada empat perusahaan yang berafiliasi dengan Sampoerna yang juga melakukan pembakaran.

Tiga perusahaan yang berafiliasi masing masing dengan PTPN serta Marubeni pun melakukan pembakaran di Sumatera Selatan. Dua perusahaan yang masing masing di Riau dan Sumatera Selatan juga melakukan pembakaran, terakhir, ada satu anak perusahaan masing masing dari First Resource dan Provident yang juga membakar hutan di Riau.

Walhi pun merilis data jenis hutan yang dibakar oleh para perusahaan itu. Sebanyak 308 perusahaan melakukan pembakaran di perkebunan. Ada 181 perusahaan ada di Kalimantan Tengah, 31 perusahaan perkebunaan ada di Kalimantan Barat, 15 perusahaan di Riau, 68 perusahaan di Sumatera Selatan serta 13 perusahaan ada di Jambi.

Walhi pun menyebut ada 71 perusahaan yang melakukan pembakaran di hutan tanaman industri. 12 perusahaan melakukannya di Kalimentan Tengah, 14 lagi di Kalimantan barat, 14 perusahaan lain melakukannya di Riau, lalu ada 25 perusahaan yang melakukan pembakaran di Sumatera Selatan serta enam perusahaan lagi melakukan pembakaran di Jambi. Terakhir, ada 58 perusahaan yang melakukan pembakaran hutan alam di Kalimantan Tengah.

Zenzi mengatakan untuk mendapatkan data itu, ia menggunakan satelit untuk melihat titik api dan kawasan milik perusahaan mana yang melakukan pembakaran. "Kami melihat di satelit, lalu kami melakukan groundcheck ke lapangan," katanya.

Komisaris Wilmar Group, MP Tumanggor pernah menyangkal atas tudingan itu. "Semua data tak jelas itu hanya akan berujung pada pencemaran nama baik," katanya, pertengahan bulan ini.***