TAK - ada angin dan hujan apalagi petir tapi Perusahaan Listik Negara (PLN) saat ini gencar sekali melakukan pemadaman listrik. Setiap hari di suatu kecamatan atau kelurahan di kota Pekanbaru secara bergiliran akan merasakan dampak dari mati lampu.

Sama seperti yang telah lalu, alasan PLN memadamkan listrik dikarenakan kurangnya pasokan, jumlah kapasitas terpasang tidak mampu mencukupi permintaan dan kapasitas penggunaan listrik. Padahal bila PLN cukup cerdas Indonesia memiliki sumber pembangkit listrik yang bervariasi dan murah mulai dari batu baru sampai dengan batu arang seperti PLT uap PLT air dan PLT panas bumi.

Pemadaman listrik juga berarti penghentian secara paksa aktivitas ekonomi. Dampak pemadaman ini terasa pada industri yang bergantung kepada listrik seperti pabrik pertekstilan, foto kopi dan masih banyak lainnya termasuk home industri. Pemakaian ginset sebagai alternatif sementara justru menaikan ongkos produksi karena besar dan mahalnya BBM yang digunakan.

Selain berupa materi, ketentuan pemadaman bergiliran yang dilakukan PLN saat ini juga dinilai tidak tepat, sebab kondisi cuaca di Riau saat ini sangat panas ditambah asap tebal yang melanda. Tapi hal ini tidak berpengaruh, PLN masih melakukan pemadaman, seakan tahu cara memperparah keadaan.

Dari data yang diperoleh di BMKG kota Pekanbaru, cuaca panas di kota ini sudah mencapai 36 derajat celsius yang bisa dikatakan ekstrim artinya di saat siang panas matahari akan terasa menyengat sekali, dua kali lipat dari biasanya.

Bagi yang menggunakan mobil dan bekerja di ruangan ber AC tentu tidak akan merasakan pedih dari sinar matahari, tapi berbeda sekali dengan mereka yang mengais reski dibawah teriknya matahari, sudahlah menguras tenaga kepala dan tubuhpun tersiksa, kasihan ya.

Efek dari panas sinar matahari di kala siang juga berpengaruh hingga di waktu malam, banyak warga mengeluh karena tidak bisa beristirahat dengan baik sebab cuaca yang mereka rasa sangat panas. Nah, di saat seperti inilah warga membutuhkan aliran listrik sebagai alat penerangan dan alat lainnya namun oleh PLN malah dipadamkan.

Mana pelayanan yang semestinya diberikan? Sebagai konsumen seharusnya masyarakat mendapatkan pelayanan terbaik, paling tidak ya rasa tentram dan nyaman tadi. Kalau bicara soal materi, kerugian yang ditimbulkan sudahlah tentu besar sedangkan PLN, tidak mengenal istilah kata rugi, karena jika ada saja konsumen yang terlambat membayar kewajibannya maka tanpa sungkan PLN akan langsung memutuskan hubungan. Ajaibnya, giliran memadamkan, PLN suka-sukanya saja.

Sebagai satu-satunya harapan masyarakat dalam hal memberikan penerangan PLN tampaknya berada di atas angin, melakukan sesuatu sesuka hati tanpa memikirkan dampak kepada orang banyak. Seandainya, perusahaan listrik di Indonesia ini dikelola oleh banyak perusahaan tentunya masyarakat tidak perlu lagi memuja-muja PLN dan berharap akan kenyamanan dan ketentraman itu. Nah, ke depan semoga PLN lebih memikirkan masyarakat sebagai konsumen yang setia tanpa pernah mendua. Dan ketika menulis ini kondisinya juga sedang mati lampu sambil merenung dalam kegelapan saya sempat teringat lagu dangdut Jadul yang berjudul ''mati lampu'' he he ***