LAGI! Sepertinya negeri ini memang layak disebut sebagai negeri serba palsu. Setelah beberapa waktu lalu media masa digegerkan dengan penemuan ijazah palsu, telur palsu dan beras palsu, kini giliran vaksin palsu yang sedang naik daun jadi tranding topic hampir di semua media. Bahkan, di kalangan ibu-ibu awampun isu ini menjadi hangat diperbincangkan. Bagaimana tidak, hampir seluruh masyarakat khususnya para ibu yang memiliki anak pasti terlibat dalam ritual imunisasi yang identik dengan vaksinasi. Tentu, para ibu ini merasa cemas dan was-was dengan penemuan vaksin palsu yang sudah beredar dan mencekoki para generasi sejak 2003 silam.

Seperti yang telah diberitakan, Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina, suami-istri pembuat vaksin palsu, dibekuk di rumah mewahnya di Kemang Pratama Regency, Bekasi. Penangkapan dilakukan oleh Direktorat Tindak Pidana Ekonomi khusus Bareskrim Polri pada selasa (21/6/2016) malam, (detik.com/28 juni 2016). Terungkapnya kasus vaksin abal-abal ini tentu sangat meresahkan. Hal ini bukan hanya menyangkut kerugian negara. Lebih fatal dari itu, vaksin abal-abal ini berpotensi menjadikan generasi masa depan tumbuh lemah dengan berbagai efek dari vaksin tersebut. Generasi yang akan datang tidak akan mampu bersaing bahkan hanya untuk mempertahankan kedaulatan negaranya. Sayangnya, bukan karena kalah dalam peperangan membela negara melainkan lumpuh oleh ulah oknum dalam negerinya yang hanya mementingkan profit pribadi, para pengusaha dan  penguasa.  Astagfirullah, malang nian Negeri Pertiwiku kini.

Rita sang tersangka bukanlah wanita yang tidak berpendidikan. Ia tidak terlihat seperti penjahat berwajah bengis. Sebaliknya, Rita adalah wanita berwajah lembut dan manis. Bahkan foto-foto di facebooknya menunjukkan bahwa dirinya adalah wanita baik-baik dengan kerudung yang membalut begitu apik. Ritapun adalah wanita yang berpendidikan, bahkan Ia pernah bekerja sebagai perawat di sebuah RS swasta.  Hal ini senada dengan  yang disampaikan oleh Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Mabes Polri Brigjen Agung Setya, “Dia (Rita) pernah jadi perawat di RS dan dia lulusan akademi perawat”, (detik.com/27/6/2016). Namun siapa yang menduga, wanita berwajah manis,  berpendidikan dan juga berkerudung ternyata tega untuk melakukan kejahatan yang mengorbankan masa depan generasi dan bangsa. Mirisnya, kejahatan ini terjadi dengan satu alasan. Uang! Materi!.

Bahkan anggota DPR RI komisi IX bidang kesehatan, mengakui bahwa bisnis haram semacam ini juga digeluti oleh oknum tenaga medis. Astagfirullah.

Bukan rahasia lagi adanya bisnis haram oknum tenaga medis untuk pengadaan obat” ahmad zainudin, anggota DPR RI anggota komisi IX bidang kesehatan (tribunnews.com/28-06-16).

Sehebat itukah uang hingga mampu menjadi Tuhan tandingan bagi Rabb sekalian alam? Jangan heran, karena inilah tabiat asli dari sistem kehidupan kapitalisme. Kebahagiaan dalam cara pandang kapitalisme adalah ketika terpenuhi semua yang diinginkan. Semua diukur dari segi manfaat dan materi, matrealistik!. Tentu, semua yang diinginkan adalah bersifat bendawi, duniawi!. Tidak akan mungkin kapitalisme mendidik manusia untuk menginginkan pahala, Surga. Karena sistem kapitalisme adalah ideologi yang memiliki asas dan aturan kehidupan. Sekulerisme adalah asas dari sistem semu ini. pemisahan agama dalam kehidupan inilah yang menjadikan manusia bebas dalam mengatur hidupnya. Ibarat istilah, hukum rimbalah yang berlaku. Siapa yang kuat dia yang menang!. Jadi, jangan harap orang-orang yang sudah terkena sindrom sekulerisme ini akan takut dengan Allah S.w.t., dosa dan Neraka. Bagi mereka, ini semua adalah sesuatu yang terpisah dari kehidupan dunia. Entah kapan terjadi, dan belum pasti bakal menemui. Astagfirullah.

Jika sudah demikian, apalagi  yang menghalangi manusia untuk bertindak sesuka hati? Tidak ada istilah halal dan haram, yang ada hanya untung dan untung meskipun harus mengorbankan masa depan bangsa dan negaranya. Berpendidikan tidak menjamin seseorang menjadi pribadi yang berperikemanusian. Kepintaran juga tidak memberi jaminan kemajuan suatu peradaban. Nyata kita saksikan saat ini, orang-orang yang membuat ijazah hingga vaksin palsu adalah mereka yang berpendidikan, pintar!. Setali tiga uang, mereka para pejabat negara yang menggadaikan dan menjual aset bangsa kepada korporasi asing pun adalah orang-orang terdidik, pintar!. Lantas apa yang salah dengan semua ini?

Maka, bisa dilihat dengan jelas bahwa ideologi kapitalisme dengan asas sekulerismenyalah yang menggiring manusia ke jurang kehancuran sampai titik nadir. Sepintar apapun manusia, setinggi apapun pendidikannya, semua itu tidak akan berarti apa-apa jika ia tidak mengenal Tuhannya, Allah S.w.t. Kapitalisme telah sukses menjauhkan umat manusia dari aturan agama. Manusia menjadi keras hatinya, begitu mencintai dunia dan takut akan kematian padahal itu adalah keniscayaan. Sungguh, tidak ada jalan lain untuk memanusiakan manusia kecuali dengan kembali kepada Islam, syariat Allah S.w.t. Jangan sampai kita tergolong dalam golongan yang sesat seperti binatang ternak dan menjadi isi nereka Jahanam. Allah S.w.t berfirman: ”Dan sungguh, Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan Jin dan Manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah). Dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah.” (QS. Al-A’raf: 179). Naudzubillah.

Islam adalah sebuah pandangan hidup. Ia memiliki konsep komprehensif dalam mengatur kehidupan, baik untuk individu, masyarakat bahkan negara. Syari’at Islam mampu mencetak para ilmuan yang tidak hanya intelektual dan ahli dalam keilmuannya. Melainkan, Islam juga mampu melahirkan ilmuan yang juga takut dengan Rabbnya. Sehingga keilmuan yang dimiliki oleh ilmuan-ilmuan muslim mampu memberikan kemaslahatan sebanyak-banyaknya bagi umat bahkan negara. Ibnu Shina, adalah salah satu contohnya. Sungguh, hal ini tidak bisa dipungkiri. Kejayaan dan kegemilangan Islam dalam pentas dunia telah mengukir peradaban indah yang tidak terlupakan. Hanya saja tertutupi, atau sengaja ditutupi oleh mereka yang tidak rida dengan cahaya kemuliaan Islam.

Tidakkah kita rindu dengan kehidupan yang indah itu? Kehidupan yang tidak diselimuti kesemuan, melainkan kepastian. Kita harus segera sadar, bahwa kasus vaksin palsu adalah salah satu buah pahit dari sistem semu kapitalisme. Selama kita tetap bertahan dalam sistem ini, yakinlah bahwa akan ada bahkan banyak lagi buah pahit yang harus kita telan. Wahai diri, renungilah firman Illahi berikut ini: “Dan barang siapa berpaling dari peringatanKu, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Taha: 124). Semoga kita bukan termasuk orang yang dibangkitkan dalam keadaan buta, meskipun saat ini telah kita rasakan kesempitan hidup. Maha benar Allah dengan segala firmanNya. Masih ada waktu bagi kita untuk merubah semuanya. Jangan tunggu nanti, tapi harus dimulai sejak saat ini. azamkan pada diri, bahwa tidak akan istirahat jiwa ini sampai Islam kembali dalam kehidupan, atau Allah istirahatkan kita dari perjuangan dengan kematian. Wallahualam.***

Penulis adalah ibu rumah tangga, trainer remaja, penulis dan pemerhati pendidikan.