PROBOLINGGO - Hidayah bisa datang kapan saja dan menghampiri siapa saja. Itulah yang dialami empat pria suku Tengger yang tengah menjalani hukuman di Rumah Tahanan Kelas II B Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

Sebelumnya tak ada orang yang menyangka keempat tahanan tersebut, yakni Lebari (40), Cilik (43), Karman (32), dan Agus Sutrimo (42) bakal memeluk Islam. Keempatnya adalah tahanan kasus perjudian.

Mereka adalah warga Tengger, yang berasal dari dua wilayah, Kecamatan Sumber dan Kecamatan Sukapura, yang berada di lereng Gunung Bromo. Keempatnya mengucap Syahadat pada Sabtu 29 Juli 2017 dengan dibimbing Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo.

Dengan khidmat empat warga binaan ini mengikuti pembacaan dua kalimat Syahadat, sebagai syarat utama dalam memeluk agama Islam. Keempat warga binaan ini mengaku ikhlas dan sukarela pindah ke agama Islam. Tak ada paksaan, telah diputuskan secara sadar melalui pertimbangan matang.

Proses pengucapan syahadat ini disaksikan oleh ratusan warga binaan lain dan belasan ulama. KH Mohammad Haris Damanhuri Ramli, pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, Probolinggo, mengatakan Rutan merupakan tempat yang memerlukan perhatian lebih. Karena para penghuninya juga bagian dari masyarakat dan kembali kepada masyarakat.

''Ini suatu hidayah dari Allah, yang sangat luar biasa. Mereka yang meminta memeluk Agama Islam, karena telah mendapat hidayah. Empat orang warga binaan ini, dengan sendirinya ini ingin Dibai’at menjadi seorang muslim, tanpa paksaan dari siapapun,'' ujar KH Haris, usai prosesi pengucapan Syahadat itu, sebagaimana dilansir www.kraksaan-online.com.

Sementara, Kepala Rutan Kelas II B Kraksaan, Muhammad Kafi, menambahkan, pendekataan kultural dinilai sangat efektif dalam membimbing dan membina warga binaan di samping terus memberikan siraman rohani.

''Saya sangat bangga dengan semua ini. Kami setiap hari secara rutin mengadakan istighosah dan shalawat Nabi Muhammad SAW setiap malam,'' kata Kafi.

''Nah, dari sanalah mereka keempat orang itu, telah sadar dan mendapatkan hidayah dari Allah. Semoga semua ini ada hikmahnya kepada semua khusunya warga binaan rutan lainnya di Indonesia,'' tambah Kafi.

Setelah prosesi pembai’atan itu, empat orang yang sudah menjadi mualaf ini dianugrahi sebuah kain sorban dari para ulama, sebagai simbol persaudaraan sesama Muslim Tanah Air.***