JAKARTA - Ustaz Abdul Somad terpaksa membatalkan jadwal ceramahnya di beberapa tempat di tiga provinsi di Jawa, karena adanya penolakan dari berbagai pihak.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Profesor Yunahar Ilyas mengaku heran dengan sikap orang-orang yang berupaya meredam dakwah Ustaz Abdul Somad tersebut. Dia menyebut upaya penolakan itu merupakan bentuk persekusi.

''Saya heran, kok masih ada yang menolak UAS (Ustaz Abdul Somad)? Apa masalahnya? Tidak boleh ada persekusi kepada siapapun,'' kata Yunahar Ilyas saat dihubungi, Senin (3/9).

Ulama kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, itu juga mendesak pihak kepolisian untuk tampil terdepan dalam melindungi hak-hak segenap warga dalam menyuarakan pendapat di muka umum. Berbagai persekusi seharusnya ditindak tegas secara hukum yang berlaku. Apalagi, sasaran persekusi tersebut adalah dakwah Islam, yang tidak mungkin menimbulkan dampak destruktif di tengah masyarakat.

Tambahan pula, sosok Ustaz Abdul Somad diketahui sudah pernah tampil memenuhi banyak undangan dari pihak TNI, Polri, Parlemen, sejumlah kementerian/BUMN, serta Wakil Presiden RI. ''Pemerintah dalam hal ini kepolisian harus bisa menjamin kebebasan berdakwah di negara ini,'' tegas Yunahar Ilyas.

Sebelumnya, UAS mengaku menerima pelbagai ancaman dari pihak-pihak tertentu, sehingga terpaksa membatalkan rencana ceramahnya di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta. Melalui akun Instagram-nya, lulusan S-1 Universitas al-Azhar (Mesir) itu memaparkan alasan-alasannya.

''Beberapa ancaman, intimidasi, pembatalan, dan lain-lain terhadap taushiyah di beberapa daerah seperti di Grobogan, Kudus, Jepara dan Semarang. Beban panitia yang semakin berat. Kondisi psikologis jamaah dan saya sendiri,'' demikian pernyataan Ustaz Abdul Somad melalui media sosial tersebut, yang telah dikonfirmasi republika.co.id, Senin (3/9).

''Maka saya membatalkan beberapa janji di daerah Jawa Timur, Yogyakarta: (jadwal-jadwalnya) September di Malang, Solo, Boyolali, Jombang, Kediri; Oktober di Yogyakarta; Desember janji dengan Ustadz Zulfikar di daerah Jawa Timur,'' paparnya lagi.

Lulusan S-2 Darul Hadits El-Hassania (Maroko) itu juga meminta maaf kepada seluruh kaum Muslimin yang merasa dirugikan dengan adanya pembatalan tersebut. Ketika ditanyai langsung, dia enggan menyebutkan pihak-pihak mana yang mengintimidasinya. Hanya saja, pihaknya menyayangkan pelbagai kejadian penolakan atas dakwah Islam.

''Kita bukan sedang perang melawan Israel. Wong cuma ceramah kok,'' kata peraih anugerah Tokoh Perubahan Republika 2017 itu saat dihubungi, Senin (3/9).***