SEMENTARA ITU DI KEDIAMAN – orang tua Siti sepertinya akan ada acara di pagi menjelang siang itu. Beberapa keluarga Siti tampak berkumpul. Sementara Siti sendiri di kamar berbaur dengan beberapa sahabat guru nya. Ada Butet, Linda dan Rini. Sementara Icha digendong Emak di ruang depan berbaur dengan keluarga.

''Bahhh... dua kali mendapat perjaka Nih...'' Butet yang rebah telentang di kasur tertawa ngakak.

''Maksud nya apa Tuh Tet..'' timpal Linda yang asik bermain Hp duduk dibangku kaca hias.

''Maksud ku. Siti ini...lah...'' Butet ngakak lagi. Siti menapuk paha Butet. Dia geram juga dengan sindiran sahabatnya itu.

''Aku baru satu. Tapi tak habis-habis...'' kali ini Rini yang bicara. Dia duduk di lantai beralas tikar.

''Kalau mau dihabiskan bisa aja...'' kata Butet sembari mengangkat punggungnya yang rebahan di atas ranjang lalu bergerak duduk disebelah Rini.

''Maksudnya...?'' sergah Rini.

''Ahhhh..., soal itu. Kau ajalah yang menjawab''

''Jadi ceritanya ini. Perjaka melamar janda...'' kata Linda kearah Butet, tanpa melihat kearah Siti yang saat itu nampak begitu ceria dan cerah wajahnya.

''Kenapa...? Cemburu...?'' sergah Siti.

''Ya cemburu lah. Aku aja sampai sekarang belum dapat-dapat juga Neh... Kau sekali pukul dapat dua... Wadduhhhh...'' Linda menatap wajah Siti yang masih cantik dan manis.

''Ahhh... Kalau kau itu aku tak heran kenapa belum juga dapat jodoh. Pilih-pilih tebu. Nanti, ke ujung tidak - ke pangkal tidak. Dapat tungkul...!'' Butet tertawa kuat. Bahunya berguncang-guncang.

''Belum ada yang pas...'' ucap Linda terkekeh.

''Cari yang pas payah Tet...''

''Maksud nya...?'' Butet mengerutkan dahinya.

''Dibutuhkan banyak kunci pas. Yang iya nya gembok kau tu banyak pilih kunci Da'' kali ini Rini pula menimpali.

''Ahhhhh...ngak juga Tuhh...'' Linda tertawa renyah.

''Kau itu sulit lelaki mendekati mu. Mereka mikir menghadapi wanita karir yang berhasil. Berada lagi.. cantik lagi. Jadi kalau tanggung-tanggung mendekati mu. Bisa terpental...'' kali ini Siti yang menhembat Linda.

''Ngak juga lah...'' Linda merasa apa yang dikemukakan Siti itu ada benar nya juga. Padahal dia sendiri merasa tak pernah bangga akan sukses karirnya. Keberadaan dia dan keluarganya. Hanya dia memang membenarkan secara manusiawi lelaki memang ragu dengan statusnya itu.

''Sudah lah... Tak usah kita bahas masalah si Linda ini. Biar dia saja yang menyelesaikan dan memikirkan kapan kawinnya. Sekarang teringatnya, acara lamaran kau nih Siti seolah perjaka meminang perawan...'' kata Butet mengalihkan pembicaraan. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...