CANDA TAWA DAN CERIA - masih saja berlansung di kamar antara Siti dan rekan-rekan sekerjanya sesama guru. Sepertinya canda ini sengaja digelar sambil menunggu utusan keluarga Rizal datang melamar Siti.

''Jika nanti kalian nikah, apakah si Rusman dan keluarganya kau undang Ti...'' tanya Butet sembari melihat ke pintu. Di situ muncul Emak bersama Icha. Sepertinya Emak ingin Icha memberikan Icha pada Siti namun cepat disambar Linda. Icha yang memang sejak kecil sudah begitu dekat dengan teman-teman Siti tak merasa asing. Dia hanya melonjak tertawa nyengir saja di pangkuan Linda.

''Iyalah... Kan tak ada masalah..?'' kata Siti sambil melihat Icha yang melonjak-lonjak di pangkuan Linda.

''Duhh... semakin jauh lah keluarga mereka dengan Icha...'' ujar Linda sembari melawani Icha yang mendadak tertawa cekikikan.

''Ngak lah. Mereka juga punya hak pada Icha. Dan aku tidak akan membatasi dan menghalangi kapan saja mereka ingin bertemu Icha,'' kata Siti sambil menjulur-julurkan lidahnya kearah Icha yang terlihat begitu ceria bersama teman-teman Siti yang memang sejak Icha lahir mereka semua sudah dekat dengan Icha.

''Aku kasihan juga pada Ibu Bang Rusman itu. Dia begitu dekat dengan cucu nya ini. Jadi jika dia pernah terserang darah tinggi hanya karena kan selalu focus dengan Icha. Aku percaya itu...'' ujar Siti lagi.

''Jadi sekarang soal Icha ini bagaimana...?'' tanya Linda lagi.

''Maksudnya...?''

''Yahhh... apakah statusnya seperti dulu.. Di tempat Rusman sebentar, lalu di sini sebentar...?''

''Lihat nanti saja. Bagaimana baiknya...'' ujar Siti.

''Tapi, aku hanya beri masukan saja Ti. Apapun nantinya. Kau harus banyak berunding dengan Rizal. Dia harus juga diikutsertakan dalam mengambil sikap tentag Icha. Bagaimanapun juga sosoknya nanti kan secara otomatis sudah menjadi Ayah bagi Icha'' kata Rini yang kali ini mengambil Icha dari pangkuan Linda.

''Lha iya lah... aku kan tak bisa bertindak sendiri dalam masalah Icha ini. Keinginan orang tua ku bisa ku tentang, tetapi kalau sudah keinginan suami, kita juga harus turuti. Karena bagaimanapun nanti, kan Rizal juga yang secara langsung menghidupi masa depan Icha. Dan bukan Rusman, walaupun Rusman itu ayah kandungnya. Tetapi masalahnya kan sudah beda'' kata Siti sembari memperhatikan Icha yang kini sudah bercanda pula dengan Rini.

''Anak kau ini, menggeram kan Ti...'' kata Rini sambil mengecup-ngecup pipi Icha.

''Kenapa...?'' tanya Siti merasa tersanjung anaknya di puji.

''Sama siapa saja mau, dan enak dibawa bercanda..''

''Apa iya...?'' ujar Siti senyum.

''Iyalah, mungkin dia tau juga kami-kami teman Mamanya yang dulu sampai sekarang ikut bersama-sama memperhatikan Mamanya, baik dalam maupun duka'' ujar Rini lagi, dan apa yang dikemukakan Rini sebentar tadi diakui Siti. Bahwa teman-teman nya itu lah yang memberikan semangat hidup bagi dirinya, disaat dia dalam keadaan terpuruk. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya...

Cerita Selanjutnya...