MULAI dari aksi balap-balapan secara liar hingga aksi penjambretan, perampokan, bahkan pemerkosaan dan penganiayaan merupakan 'wabah' moral dari kawanan geng motor di Kota Pekanbaru, Riau, yang saat ini menghebohkan kota perdagangan, industri dan jasa ini.

Kondisinya sungguh kronis, bagai virus chikungunya, perbuatannya menyebar begitu cepat di dalam generasi muda yang masih mencari jati diri. Salah satu virus yang berbahaya itu dikenal dengan sebutan Klewang.

Klewang, penjahat dengan gaya natural, namun bertolak belakang dengan prilakunya yang tega 'mencuci' otak-otak kalangan muda-mudi di kota beradab dan penuh sopan santun menjadi prilaku yang bagitu brutal.

'Demam virus' kerendahan moralnya, dua benar-benar menjadi ancaman kota yang konon katanya memiliki marwah kesantunan dan agamis ini.

Klewang atau bernama asli Mardijo (58), memanfaatkan raga manusia untuk melepaskan segala kehendaknya  secara membabi buta.

Virus kerendahan moral itu dibawanya dari Kota Bandung, Jawa Barat. Parahnya, Klewang kerap 'menghisap' darah-darah perawan sebagai 'tumbal' guna melancarkan tujuannya menyebar racun ke para kawula muda yang masih begitu sensitif.

"Menurut pengakuannya, dia (Klewang-red), mengungsi dari Bandung ke Pekanbaru sejak tahun 2011," kata Kepala Polresta Pekanbaru, Kombes (Pol) Adang Ginanjar di Pekanbaru, Sabtu (11/5/2013).

Klewang dikabarkan juga merupakan residivis yang kerap keluar masuk penjara dengan ragam kasus. Selama kurang dari tiga tahun di Pekanbaru, pria dengan tampang yang kurang meyakinkan ini telah merekrut sebanyak lima orang kaki tangan yang disebutnya 'panglima'.

"Lima panglimanya itu juga merupakan kalangan residivis. Masing-masing panglima itu membawahi atau mengatur sebanyak 50 anggota dari para geng motor," katanya.

Data Polresta Pekanbaru, Klewang dan lima panglimanya serta ratusan anggotanya telah berpuluh-puluh kali melakukan aksi kejahatan seperti mencuri, menjambret, merampok bahkan percobaan pembunuhan hingga pemerkosaan yang dilakukan secara keji.

"Terakhir Klewang memperkosa seorang gadis yang tengah berpacaran di sudut halaman Stadion Utama Riau," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polresta Pekanbaru, Kompol Arief Fajar Satria di Pekanbaru, Minggu (12/5/2013).

Polisi Kewalahan

Mengatasi persoalan geng motor yang kian brutal, aparat kepolisian sempat kewalahan. Bahkan diakhir 2012, kawanan ini sempat merusak beberapa pos polisi bahkan Markas Polresta Pekanbaru.

Satu persatu anak buah Klewang sebelumnya sempat diamankan, bahkan menurut Kapolresta, beberapa diantaranya merupakan anak dari anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan polisi.

Namun Klewang bagai belut, selalu saja lolos dari kejaran dan pelacakan aparat kepolisian. Geng ini diindikasikan tersusun secara apik dan terorganisir bagitu maksimal sehingga pria 58 tahun itu selalu saja lepas dari perangkap.

Antara kelompok geng motor dengan aparat kepolisian bagai 'tom and jerry', saling buru namun terkadang juga saling menyakitkan.

Terakhir, kelompok geng motor menyakiti Kapolresta Adang Ginanjar yang dianggap oleh Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Riau, Brigjen Suedi Husein, tidak mampu mengatasi persoalan kalangan brutal itu.

Beberapa waktu kemudian, Kapolresta memerintahkan sejumlah anggotanya untuk secara rutin menggelar razia khusus menangkap para pelaku kejahatan jalanan dari kelompok geng motor.

Setelah beberapa bulan, upaya keras 'calon jenderal' itupun akhirnya membuahkan hasil. Klewang, pentolan geng motor yang telah lebih dulu diberi mandat sebagai 'jenderal' dari aksi-aksi brutal itu akhirnya berhasil ditangkap.

Pria tua berpenampilan urak-urakan ini diamankan bersama tiga 'panglimanya' serta lima anggota geng motor yang diindikasi sebagai pelaku sejumlah kejahatan di jalanan sekaligus pemerkosa seorang gadis bernasib malang.

"Terakhir kami berhasil menangkap sembilan orang lagi pasukan geng motor yang sering bertindak brutal. Mulai dari pencurian, perampasan hingga pemerkosaan," kata Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru Kompol Arief Fajar Satria.

Sembilan orang ini ditangkap di beberapa lokasi yang berbeda dan cukup sengit pengejarannya. Kompol Arief mengatakan, untuk sang 'jenderal' Mardijo atau yang dikenal dengan sebutan Klewang ditangkap di tempat persembunyiannya di gudang bekas PT Waskita Karya, komplek Stadion Utama Riau, Panam, Kecamatan Tampan, pada Kamis (9/5/2013) sekitar pukul 14.30 WIB.

Dari tangan Klewang, polisi berhasil menyita dua senjata tajam jenis pedang samurai, satu clurit dan besi beton dengan panjang satu meter berujung seperti tombak. Benda-benda ini biasa mereka pakai ketika merampas kendaraan warga bahkan untuk melancarkan aksi-aksi kejahatan dan bejat lainnya.

Dengan diringkusnya Klewang, pekerjaan aparat kepolisian bukan berarti selesai. Virus kerendahan moral harus terus diantisipasi, karena 'pelaku-pelaku' lainnya mungkin masih terus mengintai generasi bangsa ini.

Waspadalah...!!!!