PEKANBARU, GORIAU.COM - Tanaman kakao sepertinya bakal menjadi harapan baru bagi petani perkebunan di Riau. Pergantian musim dan letak geografis, membuat negeri ini sangat memungkinkan untuk pengembangan tanaman bahan baku cokelat itu.

''Daerahnya cocok untuk kakao,'' kata Dr Pujianto, peneliti senior di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Indonesia.

Kini, pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian memprogramkan pengembangan kakao ke wilayah barat Indonesia.

Selama ini, 60 persen kakao diproduksi di Sulawesi. Kajian dari berbagai aspek menyimpulkan, bahwa tidak menguntungkan bila kakao hanya tersentralisasi di satu tempat.

''Makanya perlu dikembangkan. Pilihannya Jawa dan Sumatera, di mana tata musim hujannya seimbang sehingga pas dan menguntungkan untuk pengembangan tanaman kakao,'' terang Pujianto.

Untuk Riau sendiri, pengembangan kakao sebagai produk andalan perkebunan sudah mulai dilakukan di beberapa kabupaten. Sebagaimana dimaklumi, Kabupaten Indragiri Hulu sudah dicanangkan sebagai sentra kakao Provinsi Riau.

''Pengembangannya tentu diperluas ke kabupaten lainnya. Sentranya tetap di Indragiri Hulu,'' kata Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Riau Drs H Zulher MS, di sela-sela kunjungannya ke Puslitkoka Indonesia di Jember, Jawa Timur, Rabu (3/10/2012).

Diungkapkan Zulher, instansi yang dipimpinnya memprogramkan untuk membangun desa binaan khusus kakao. ''Tanaman kakao secara ekonomis sangat prospektif. Akan sangat membantu dalam mendongkrak pendapatan dan kesejahteraan petani,'' ujarnya.

Program desa binaan tersebut merupakan tahap awal untuk pengembangan kakao yang lebih luas.

Diungkapkan Zulher, desa-desa binaan itu nantinya tidak sekadar perkebunan kakao. Tetapi termasuk pengolahan produksi kakao dari hulu hingga industri hilir.

''Contoh kecilnya, industri kakao bisa menjadi industri rumah tangga untuk berbagai panganan berbentuk cokelat,” terang mantan Sekda Kampar itu.

Dikatakan Zulher, bila produksi perkebunan bisa dikuasai dari hulu hingga industri hilirnya, mudah-mudahan akan berdampak kepada kestabilan harga hasil produksi perkebunan.

“Perkebunannya tentu perkebunan ala modern dengan memanfaatkan kemajuan teknologi pertanian,” ungkapnya. (rpc)