DENPASAR, GORIAU.COM - Polisi telah menetapkan Margriet Christina Megawe sebagai tersangka utama pembunuhan terhadap anak angkatnya, Angeline. Margriet dijerat dengan pasal340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan sengaja dan penelantaran anak.

Angeline yang dilaporkan hilang pada 16 Mei 2015 ditemukan tewas mengenaskan pada 10 Juni 2015. Jasad bocah berusia 8 tahun itu dikubur di halaman belakang dekat kandang ayam di dalam rumah Margriet di Jalan Sedap Malam.

Hasil autopsi terhadap jenazah Angeline menunjukkan banyak ditemukan luka lebam di sekujur tubuhnya. Luka bekas sundutan rokok dan jeratan tali juga ditemukan di leher bocah itu.

Lantas apa saja yang menjadi indikasi Margriet dana anak-anaknya sengaja atau merencanakan menghabisi Angeline?

1. Gali lubang untuk jasad Angeline

Sepekan sebelum terbunuhnya Angeline pada 16 Mei 2015, Agustinus Tai mengaku disuruh Margriet untuk menggali lubang di bawah kandang ayam di sekitar pekarangan rumah. Haposan Sihombing, pengacara Agus mengatakan, awalnya di bawah kandang ayam itu sudah ada lubang. 

Tujuan memperluas lubang tersebut, menurut Haposan, sebagai tempat pembuangan sampah rumah tangga. "Agus disuruh memperdalam lubang itu lagi oleh ibu angkat Angeline dengan kedalaman 40-50 sentimeter," katanya di markas Polresta Denpasar, Bali, Jumat, 12 Juni 2015.

Belakangan, di dalam lubang itulah poliis menemukan jasad Angeline dalam keadaan membusuk pada Rabu, 10 Juni 2015. Meski lubang cukup sempit, kepada penyidik Agus mengaku menekuk tubuh Angeline agar muat di dalam lubang itu. Kemudian jenazah ditutup menggunakan keranjang dan bambu serta daun pisang. "Tujuannya biar tidak tahu orang," kata Haposan.

2. Kronologis di selebaran dan BAP berbeda

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar, Siti Sapurah atau biasa disapa Ipung mengatakan, Margriet telah memberikan keterangan berbeda dalam berita acara pemeriksaan dan selebaran kronologi saat Angeline dilaporkan hilang.

Di dalam selebaran tertulis Angeline terakhir tampak bermain di halaman rumah, sementara ibunya berada di dalam. Saat si ibu pergi mencarinya di luar, Angeline telah menghilang.

Sedangkan pernyataan Margriet di dalam BAP adalah Margriet terakhir melihat Angeline merogoh tasnya untuk mengambil pensil yang hendak dipinjam Agustinus Tai. Setelah beberapa saat tak kembali, Margriet mencari Angeline ke mana-mana, termasuk menanyakan di mana keberadaan Angeline kepada Agus.

Saat itu, Agustinus yang berdiri di depan kamarnya sendiri mengaku Angeline telah memberikan pensil kepadanya dan tak tahu di mana bocah 8 tahun itu berada. Margriet, yang seharian kelimpungan mencari Angeline, baru sempat melapor ke polisi pada malam hari.

Pengacara Margriet, Dian Pongkor membantah tudingan Ipung. Dian menjelaskan kronologi yang ada pada selebaran itu memang tidak sedetail berita acara pemeriksaan polisi. Menurut dia, sejak Angeline dikabarkan hilang sampai ditemukan dalam keadaan meninggal, keterangan Margriet selalu konsisten.

3. Bagi tugas antara Margriet dan anak-anaknya

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar, Siti Sapurah atau biasa disapa Ipung memperkirakan Yvonne Caroline Megawe dan Christina Megawe -anak pertama dan kedua Margriet, berperan besar dalam merekayasa peristiwa ini.

"Pasti terlibat mereka berdua," kata Ipung kepada Tempo, Senin 29 Juni 2015. Ipung menilai Yvone dan Christina adalah aktor di balik selebaran hilangnya Angeline. Yvone adalah orang yang membuat selebaran hilangnya Angeline.

Yvone juga dituding mengajak lembaga Safe Childfoods Foundation untuk melakukan pencarian Angeline. Musababnya, kebetulan Yvonne menjadi salah satu relawan di lembaga tersebut.

Adapun Christine membuat yang sedang kuliah di Amerika membuat fanpage FIND ANGELINE di media sosial. Sedangkan tugas Margriet waktu itu hanya membunuh Angeline saja. Ipung juga menduga Yvone dan Christina melakukan aksi napak tilas pada 3 Juni 2015 untuk mengalihkan perhatian publik.***