PEKANBARU - Mantan Ketua Kesatuan Perempuan Politik Golkar (KPPG) Riau, Iwa Sirwani Bibra, mengungkapkan ada beberapa hambatan yang menjadi kendala perempuan dalam berkompetesi di politik.

Dikatakan Mantan Anggota DPRD Riau ini, masih banyak anggapan di masyarakat bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah, kurang mandiri, tidak bertanggungjawab, dan hal lainnya.

Apalagi, katanya, perempuan melihat bahwa politik penuh dengan kekerasan, sehingga mereka enggan untuk berkecimpung di dalamnya. Selain itu, perempuan juga kurang suka dalam berorganisasi.

"Karena banyak perempuan ini yang menenggelamkan dirinya dalam aktivitas rumah tangga, dan secara psikologis dan mental, mereka tidak bisa juga dalam mengambil keputusan atau kebijakan," ungkapnya dalam diskusi Rumpi Politik (Rumpol) yang digelar oleh Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Golkar Riau, Rabu (15/12/2021).

Secara kultural, jelasnya, perempuan sering diperlakukan sebagai pelengkap laki-laki, bukan sebagai mitra yang memiliki kedudukan sejajar, sehingga berhak mendapatkan peluang yang sama.

Sedangkan secara sosial, masyarakat Indonesia cenderung menempatkan perempuan sebagai warga negara nomor dua setelah laki-laki. Ini memberikan dampak tersendiri bagi keberadaan perempuan di masyarakat.

"Dari kacamata ekonomi, untuk maju sebagai kontestan politik, butuh biaya yang besar. Dan rata-rata perempuan itu hanya seorang ibu rumah tangga, yang penggunaan uang harus dapat izin suami," tambahnya.

Berdasarkan pengalamannya, Iwa terkadang dikomentari oleh suaminya dalam mengeluarkan dana untuk kepentingan politik.

"Kalau hanya mengandalkan uang suami, kadang suami nanya, 'mau habis berapa?', karena dana politik ini seperti kran bocor. Kadang kita udah habis banyak pun, tertimpa sama serangan fajar. Artinya, perempuan itu punya semangat politik, tapi logistik mereka tidak sebanding dengan semangatnya," tutupnya. ***