BEIRUT - Jumlah korban tewas akibat ledakan dahsyat di Kota Beirut, Lebanon, terus bertambah. Hingga Rabu (5/8/2020), korban tewas sudah mencapai 135 orang.

Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan mengungkapkan, selain menyebabkan 135 orang tewas, ledakan juga menyebabkan lebih dari lima ribu orang terluka. Sementara puluhan warga lainnya masih dinyatakan hilang.

Pemerintah Lebanon telah mengumunkan tiga hari berkabung dimulai pada Kamis (6/8).

''Tidak ada kata yang bisa menggambarkan kengerian yang melanda Beirut tadi malam, mengubahnya menjadi kota yang dilanda bencana,'' kata Presiden Lebanon Michel Aoun.

Dia berjanji pemerintah akan menyelidiki peristiwa ledakan secara tuntas dan mengungkap apa yang sebenarnya terjadi. Hal itu guna meminta pertanggungjawaban dari pihak-pihak terlibat.

Ledakan di Beirut berasal dari sebuah gudang yang berlokasi di dekat pelabuhan. Menurut Aoun, gudang itu menyimpan 2.750 ton amonium nitrat, bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi pupuk dan bahan peledak.

Aoun menyebut amonium nitrat telah berada di gudang tersebut selama enam tahun. Tak ada langkah pengamanan yang diterapkan setelah bahan kimia itu disita.

Sumber resmi yang mengetahui investigasi awal menyalahkan insiden ledakan sebagai kelambanan dan kelalaian. Dia mengatakan tidak ada yang dilakukan oleh komite dan hakim yang terlibat dalam masalah tersebut untuk memerintahkan pemusnahan atau pelenyapan amonium nitrat tersebut.

Menurut sumber-sumber di kementerian, kabinet memerintahkan pejabat pelabuhan yang terlibat dalam menyimpan atau menjaga amonium nitrat di gudang sejak 2014 untuk dimasukkan ke dalam tahanan rumah. Kabinet pun telah mengumumkan keadaan darurat selama dua pekan di Beirut.***