PEKANBARU – Presiden RI Joko Widodo secara resmi sudah mengumumkan kenaikan BBM bersubsidi pada Sabtu (3/09/22) yang lalu, di Istana Negara.

Pasca pengumuman kenaikan harga tersebut, beragam penolakan datang dari berbagai elemen masyarakat, kritikan bahkan kecaman keras pun dilontarkan kepada pemerintah yang dinilai semakin memiskinkan rakyat. Mahasiswa pun kembali ke jalan menyuarakan suara rakyat yang dinilai semakin tertindas.

Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Riau (UR), Olivia Kirani, menjelaskan, bahwa demonstrasi yang sedang berlangsung saat ini bukanlah tanpa alasan. Karena kenaikan BBM dinilai akan membawa dampak yang sangat luas kepada ekonomi masyarakat. Selain akan menyebabkan tingginya inflasi, juga akan meningkatkan angka kemiskinan.

Tentu dengan naiknya harga BBM, maka harga-harga kebutuhan di sektor pangan, dan sektor lainnya turut naik," kata Olivia Kirani, didampingi dua temannya, Nana Santiara dan Muhammad Fatih Rasvi, pada Senin (12/09/2022).

Nana juga sependapat, bahwa bila harga BBM dinaikkan, maka yang paling awal mengalami kenaikan harga adalah harga sektor pangan.

"Sebab alat transportasi angkutan sembako pada umumnya menggunakan bahan bakar jenis solar. Sementara solar bersubsidi juga naik," kata Nana.

Menurut Olivia dan Nana, sebaiknya pemerintah mempertimbangkan atau meninjau kembali kenaikan harga BBM, terutama BBM jenis solar karena sangat memberatkan rakyat.

"Ya kalau bisa ditinjau kembali, bila perlu dibatalkan. Tapi yang penting itu BBM jenis Solar bersubsidi, karena dampak sangat panjang. Tidak hanya kepada kebutuhan pokok, juga berdampak pada sektor lainya," Kata Olivia lagi.

Menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dikhawatirkan akan menggerek tingginya inflasi hingga akhir tahun sehingga berpotensi menahan laju pertumbuhan ekonomi.

Ditambahkan Fatih, mereka sepakat dengan program Pemprov Riau, yang mencanangkan program penanaman cabai untuk menekan inflasi.

Karena kata Fatih, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), yang pernah dilansir bisnis.com, bahwa inflasi pada Agustus 2022 mencapai 4,69 persen secara tahunan, sementara secara bulanan terjadi deflasi sebesar 0,21 persen .

"Ya kalau merujuk apa yang disampaikan Kepala BPS RI, Margo Yuwono, bahwa deflasi pada Agustus 2022 dipicu oleh deflasi pada komponen harga bergejolak, yaitu sebesar -2,90 persen mtm. Komoditas utama penyumbang deflasi diantaranya bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit," jelas Fatih, mahasiswa semester satu ini.

"Jadi kami sepakat atau mendukung program gubernur Riau menggalakkan tanam cabai," Tutup Olivia bersama dua temannya. ***