SAWAHLUNTO - Mimpi jadikan kampung seni, sejumlah warga di Kelurahan Tanahlapang, Kecamatan Lembahsegara, Kota Sawahlunto, mengangkat kembali nilai budaya sosial masyarakat heterogen yang sudah punah dan ditinggalkan. Untuk membangkitkan kembali cerita masa lalu, Forum Masyarakarat Seni Tanahlapang (Formasta) menggelar pagelaran kesenian dan kuliner jajanan disepanjang jalan yang disebut kawasan “tangsi” itu. Pagelaran tersebut akan berlangsung besok, Sabtu, 5 Maret 2016.

Ketua Formasta Heri Surya kepada GoSumbar.com , Jumat (4/3/2016) mengatakan, pihaknya bersama masyarakat tengah mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penyelenggaraan iven budaya soasial kemasyarakatan tempo doeloe tersebut di sebuah kawasan sepanjang jalan utama pusat kota tua Tangsi Rantai, Kelurahan Tanahlapang.

Dalam kegiatan itu, katanya, penyelenggara akan menggelar berbagai acara yang pernah jadi kebiasaan dan budaya masyarakat setempat tempo dulu dengan menampilkan kesenian temporer pernah ada dan digunakan sebagai hiburan bagi pekerja tambang batubara Ombilin. Selain itu, lanjutnya. Karena kawasan tersebut dulunya merupakan areal pemukiman bagi pekerja tambang, maka sangat tepat acara yang gagasnya dengan konsep kampung seni itu menjadi bagian dari silaturahim untuk mengingatkan warga setempat mampu mempertahankan nilai-nilai budaya positif yang ada.

Direncanakan, kelompok kesenian yang akan tampil terdiri dari paguyuban kalimasodo, sanggar seni parmato hitam, Orkes keroncong setia abadi, kesenian Batak, sanggar Minang maimbau, paguyuban harapan jaya, orkes lapsek, serta tumerco band. Mereka akan tampil maksimal satu hari penuh mulai pukul 8.00 WIB hingga malam pukul 23.00 WIB.

Selain penampilan berbagai jenis kesenian, Heri Surya menambahkan, iven itu juga dilengkapi dengan berbagai penganan kuliner jajanan spesifik ala warga “Tansi” Tanahlapang. Besok akan ada sejumlah warga yang meramaikan pagelaran dengan berdagang makanan-makanan unik dan spesifik untuk memanjakan para penonton dan pecinta musik rakyat.

“Iven ini kami sebut dengan Festival Tangsi Baru sebagai jati diri Kampung Seni. Melalui media kami mengundang semua warga untuk datang dan menikmati acara yang kami suguhkan.” Kata Hery Surya sambil menyebut, acara yang mereka gelar di dukung pendanaan dari Kantor Permuseuman, Dinas Pariwisata, serta di sponsori juga dari berbagai sumber keuangan perusahaan swasta lainnya. Mesi tak menyebutkan jumlah dana yang terkumpul dari berbagai sponsor, namun ketua Formasta ini mengakui dana penyelenggaraan masih belum maksimal dan masih mengalami kekurangan.

“Realnya kami butuh anggaran sekitar Rp 30 juta, tapi yang kami peroleh baru sekitar setengah dari itu dan masih kurang. Tapi yang pasti, berapapun dana yang diperoleh akan dimanfaatkan secukupnya. Dan saya akan berupaya untuk lebih transparan dalam pengelolaannya serta menyerahkan soal keuangan kepada bendahara” ungkapnya, menjawab pertanyaan GoSumbar.com sebagaimana keinginan warga dalam setiap kegiatan yang menginginkan adanya keterbukaan dan kerjasama yang baik untuk kepentingan bersama bukan pribadi dan kelompok tertentu. (Iyos)