AWALNYA kehadiran Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali sempat diragukan. Seiring dengan waktu, Menteri asal Partai Golkar ini mampu membawa perubahan yang signifikan.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang tadinya disoroti masalah pertanggungjawaban penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah teratasi. Ini bisa dilihat dari gelar predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indlnesia (BPK RI) yang diberikan kepada Kemenpora selama tiga tahun berturut-turut.

Kemudian, Bang ZA, panggilan akrabnya, yang menjabat Menpora di Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) Jilid 2 mampu menjalankan instruksi Presiden Joko Widodo dengan lahirnya Undang Undang Keolahragaan Nomor 11 Tahun 2022.

Berbeda dengan Menpora sebelumnya, Bang ZA membuat terobosan baru dengan menaikkan target prestasi olahraga Indonesia menuju level dunia dan menjadikan SEA Games dan Asian Games sebagai sasaran antara. Itu tertuang dengan munculnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).

Langkah perdana dalam penerapkan DBON dilakukan Menpora Amali dengan membentuk Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional untuk pengiriman Kontingen Indonesia pada SEA Games 2021 Vietnam. Keputusan Tim Review yang diketuai Prof. Moch Asmawi dengan anggota para akademisi, Komite Olahraga Nasional (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI) yang mencoret 14 cabang olahraga (cabor) dan hanya merekomendasikan 31 cabor itu sempat menimbulkan reaksi.

Perubahan paradigma yang dilakukan Menpora Amali dengan mengutamakan kualitas dan mengesampingkan jumlah kontingen itu berbuah hasil.

Kontingen Indonesia dengan jumlah yanÄ£ lebih selektif yakni 499 atlet mampu menyodok ke peringkat ketiga dengan mengoleksi 69 emas, 92 perak dan 81 perunggu. Hasil ini lebih bagus dibandingkan pada SEA Games 2019 Filipina dimana Indonesia dengan 753 atlet hanya mampu menempati peringkat keempat dengan 72 emas, 84 perak, 111 perunggu. 

Dengan kata lain jumlah atlet yang berkurang jauh hampir 50 persen tetapi hasilnya terbaik, kalau dihitung secara persentase jumlah medali secara keseluruhan dengan jumlah atlet yang dikirim, kira-kira hasil di Filipina itu 20 persen.

Pada ASEAN Para Games 2022 Solo, Kontingen Para Games Indonesìa mampu mempertahankan gelar juara dengan perolehan jumlah medali lebih besar. Yakni, 175 emas, 144 perak, dan 106 perunggu. 

Kini, keberadaan DBON semakin kokoh. Para legenda olahraga Indonesia yang tergabung dalam Indonesian Olympian Association (IOA) pimpinan Yayuk Basuki telah menyatakan dukungan terhadap DBON pada Forun Group Discussion (FGD) dengan hasteg #Bersama Mencetak Juara.

Bahkan, Yayuk dan Taufik Hidayat beserta rekan-rekannya yang hadir dalam FGD selama dua hari di Jakarta tersebut mampu memberikan masukan dalam upaya mewujudkan impian Indonesia untuk bisa mencapai prestasi peringkat kelima pada Olimpiade 2045, tepatnya 100 tahun Indonesia Merdeka.

Ya, semua itu teralisasi berkat kemampuan Menpora Amali dalam melihat potensi yang ada dan kerendahan hatinya untuk melibatkan semua pihak terkait termasuk IOA dalam upaya mengangkat prestasi olahraga Indonesia menuju jejang dunia.

Dari hasil diskusi itu, para legenda olahraga Indonesia tidak lagi mempermasalahkan ruang lingkup DBON menyangkut olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga prestasi, hingga industri olahraga.

Dalam dokumen yang ditanda tangani Presiden Joko Widodo dan tertuang dalam Perpres Nomor 86 Tahun 2021, DBON tersusun daam lima tahapan periode yang akan berakhir pada 2045. Dalam DBON, terdapat 14 cabor olahraga prioritas atau unggulan berkaitan dengan prestasi. Yakni, badminton, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, wushu, karate, taekwondo, balap sepeda, atletik, renang, dayung, senam artistik, dan pencak silat. ***

Penulis adalah Wartawan Olahraga Senior/Redpel Gonews.co Group