PEKANBARU - Gubernur Riau (Gubri) Syamsuar mengatakan bahwa salah satu titik penting perjuangan pergerakan para perempuan di masa pra kemerdekaan dan menjadi tonggak sejarah tersendiri adalah ketika diselenggaranya kongres perempuan Indonesia pertama tepatnya pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta.

Gubri menjelaskan, momentum bersejarah ini kemudian ditetapkan sebagai hari nasional. Dimana pada tahun 1999 oleh Presiden Soekarno yang dinamakan Hari Ibu.

"Inilah yang membedakan hari Ibu di Indonesia dengan peringatan mother day di beberapa negara di dunia," ucapnya.

Gubri Syamsuar menuturkan, perjuangan gerakan perempuan ini membawa keyakinan baru bagi perempuan Indonesia.

Bahwa pemenuhan hak dan kesetaraan akan mengantarkan perempuan untuk dapat berjalan bersama-sama serta menjemput kesempatan yang sama, serta ruang untuk berkontribusi adalah milik semua.

Oleh sebab itu menurut Gubri, keyakinan ini tentunya sangat esensial bagi kemajuan Indonesia. Karena kaum perempuan mengisi hampir setengah dari populasi Indonesia.

Maka kemajuan perempuan dan partisipasi perempuan dalam pembangunan akan menentukan pula kemajuan Indonesia.

"Para perempuan yang ikut terlibat aktif dalam perjuangan dan pergerakan adalah inspirasi bagi kita semua," ucapnya.

Datuk Seri Setia Amanah ini melanjutkan, para perempuan ini telah mampu berperan mengubah tatanan kehidupan menjadi lebih baik, ikut membentuk sejarah dan peradaban manusia ke arah yang lebih bertata nilai, berkeadilan dan humanis dalam tatanan politik ekonomi sosial budaya bahkan teologi.

Syamsuar menekankan, fakta historis para pejuang perempuan Indonesia mencerminkan bahwa perempuan Indonesia sudah mempunyai kesadaran sebagai subjek otonom yang tidak menjadikan peran domestik sebagai satu-satunya bentuk atau pilihan untuk aktualisasi dirinya sejak lama.

Terangnya, perempuan berperan aktif dalam meraih kemerdekaan Republik Indonesia, aktif berkontribusi dalam hidup berbangsa dan bernegara, salahsatunya almarhumah Ibu Fatmawati.

"Ibu Fatmawati telah memberikan contoh kepada ibu-ibu sekalian dengan menjahit Bendera Merah Putih untuk dikibarkan pada hari kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945," tambahnya.

Gubri menerangkan, makanya baru-baru ini diadakan ulang tayang sejarah menjahit Bendera Merah putih oleh ibu-ibu gubernur se Indonesia yang diselenggarakan di Bengkulu.

Kegiatan itu untuk mengingat jasa-jasa pahlawan Ibu Fatmawati Soekarno yang patut ibu-ibu contoh di dalam kehidupan sehari-hari.

"Oleh karena itulah setiap tahun pemerintah provinsi juga termasuk pemerintah pusat dan pemerintah Kabupaten kota, tepatnya pada tanggal 17 Agustus itu mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih," ujarnya.

Oleh karena itulah menurut Mantan Bupati Siak ini, semangat perjuangan para perempuan Indonesia itu tidak boleh hilang di muka bumi Indonesia ini

Untuk itu ia mengajak para perempuan di Provinsi Riau untuk terus mempertahankan dan sekaligus melestarikan semangat juang dalam diri masingmasing.

"Sekaligus juga mari kita pertahankan dan sekaligus juga Insyaallah mudah-mudahan apa yang telah digariskan oleh para pahlawan kita terutama dari kaum perempuan ini juga harus melekat di perempuan-perempuan yang ada di Tanah Melayu Provinsi Riau yang kita cintai ini," tutupnya. ***