JANGAN main-main bila Anda menderita hipertensi. Penyakit ini merupakan penyebab utama kerusakan otak, ginjal dan jantung jika tak terdeteksi sejak dini.

Data dari Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH) menyebutkan, angka kematian di Indonesia menyentuh angka 56 juta jiwa terhitung dari tahun 2000-2013. Diketahui bahwa faktor kematian paling tinggi adalah hipertensi, menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta penduduk Indonesia atau sekitar 540 orang dalam setahun."Hipertensi di tempat teratas, disusul efek dari rokok, kolesterol, seks tidak aman dan kelebihan berat badan," kata Yuda Turana, Ketua Pelaksana pertemuan ilmiah The 8th Anuual Scientific Meeting of Indonesian Society of Hypertension di Jakarta, Jum'at 7 Maret 2014.Sebanyak 76 persen kasus hipertensi tidak terdiagnosis sejak awal, sehingga keterlambatan itu berujung pada kerusakan target organ. Diantaranya stroke yang menyerang otak, kebutaan, penyakit jantung, ginjal dan gangguan fungsi pembuluh darah."Tapi lebih banyak orang meninggal karena penyakit kardiovaskular dan ginjal, keduanya beriringan," tambah Suhardjono, pakar dan guru besar di Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UI.Air seni yang berbusa juga menjadi salah satu tanda hipertensi telah menyerang ginjal. Kerusakan seperti ini berimbas pada risiko kematian dua kali lipat.Lanjut Suhardjono, hipertensi dipengaruhi oleh dua hal, yakni faktor keturunan dan gaya hidup. Jika orangtua mengidap hipertensi, kemungkinan individu memiliki penyakit serupa mencapai empat kali lipat.Tensi darah normal adalah 140/90 mmhg. Pakar hipertensi lainnya, Arieska Ann Soenarta mengatakan, seseorang di bawah garis keturunan hipertensi dianjurkan lebih sering memeriksa tensi darahnya sekitar 6 bulan sekali."Kalau yang normal, setahun sekali saja cukup, bagi yang sudah terbukti hipertensi harus mengecek tensi setidaknya 3 bulan sekali," ucap Arieska Ann Soenarta.***