JAKARTA - Langkah pemerintah akan menyalurkan langsung dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ke masing-masing sekolah penerima dinilai sangat tepat. Sebab, sistim penyaluran selama ini, melalui pemerintah daerah (Pemda), dianggap rawan dimanipulasi.

Dikutip dari vivanews.com, hal itu dikatakan Ketua PB PGRI Masa Bakti XXI dan Pembina Federasi Guru dan Tenaga Honorer Swasta Indonesia, Didi Suprijadi, dalam diskusi Polemik Sindo Trijaya bertema 'Skema Dana BOS, Kenapa Diubah?' di Ibis Tamarin, Jakarta Pusat, Sabtu (15/2/2020).

''Ini kita bicara pengalaman di lapangan. Menurut kami dari guru, dari kepala sekolah, kalau turun ke Pemda memang judulnya sih utuh, tapi kan diakal-akalin lagi. Sudah turun ada cashback lagi,'' kata Didi Suprijadi.

Menurut Didi, kepala sekolah dan guru dinilai lebih memerhatikan arahan dari Pemda.  Karena terkait jabatan guru dan kepala sekolah itu ada di bawah Pemda. Sehingga hal ini rentan dimanfaatkan oleh Pemda untuk memanipulasi dana BOS.

''Kepala sekolah, guru, itu miliknya Pemda, pasti dia lebih patuh kepada Pemda daripada ke Kemendikbud, karena dia yang mengangkat. Bisa aja kalau Dana BOS-nya sekian tapi yang akan keluar sekian. Mohon maaf nih masih (mau) terus gak jadi kepala sekolahnya. Nah kalau enggak (mau), mungkin bisa jadi kepala sekolah terus, tapi dipindah. Mungkin bukan di Tangerang Selatan,  tapi Tangerang ujung,'' ujar Didi.

Hal itu, kata Didi, sangat menjadi persoalan dalam pengelolaan dana BOS. Selain itu, terkait dana BOS, yang melalui Pemda terlebih dahulu, rentan menimbulkan prasangka buruk.

''Ada perasaan ini jangan-jangan uangnya sudah ada, tapi diapain dulu? Bisa aja orang negatif, padahal mungkin karena soal yang lain. Tetapi, sering terjadi ketelatan, itu yang mengakibatkan tidak sama,'' ujarnya.

Selama ini, kata Didi, dana BOS yang ada banyak dinikmati oleh pihak lain yang bukan siswa dan guru. Makanya, diharapkan dengan skema baru ini pengelolaan akan lebih baik.

''Harusnya siswa yang menikmati. Tapi, sampai saat ini, kalau kita kemukakan yang aslinya ya mungkin gak jelas. Harusnya kan guru, yang utama itu guru,'' ujarnya.***