JAKARTA - ETOS Indonesia Institute merilis hasil survei tentang calon Ketua Umum DPP Partai Golkar pada Musyawarah nasional (Munas) pemilihan pimpinan pusat untuk masa bakti 2019-2024 mendatang.

Tema survei kali ini adalah "Menuju Konsolidasi Organisasi Partai Golkar Dalam Munas Partai Golkar 2019" yang dilaksanakan sejak 1-14 Juli 2019. Ada pun, survei tersebut mengangkat enam (6) Isu krusial yang dihadapi Partai Golkar dengan tujuan agar partai politik tertua di Indonesian itu kembali berjaya seperti semula. Berikut ke-6 poin isu yang diangkat dalam survei ETOS Institute pimpinan Iskandarsyah.

Pertama, Perbandingan Perolehan Suara dan Kursi Parpol Golkar dalam Pemilu 2014 dan 2019. Kedu, Pendapat Kader Parpol Golkar Terhadap Hasil Pemilu 2019? Ketiga, Apa yang menyebabkan suara parpol Golkar mengalami penurunan yang cukup signifikan?.

Keempat, Tingkat Kepuasan Responden terhadap Kepemimpinan Pusat Parpol Golkar.Kelima, Apakah diperlukan percepatan agenda Konsolidasi situasi internal Partai Golkar atas hasil Pemilu 2019? Keenam, Siapakah Calon Ketum Partai Golkar yang Dianggap Layak Memimpin Partai 2019-2024?

"Dalam dua pemilu, yaitu 2014 dan 2019 terjadi penurunan signifikan terhadap perolehan suara Partai Golkar, termasuk (pada akhirnya) turunnya juga perolehan kursi Partai Golkar di DPR-RI," kata Iskandarsyah kepada media ini, Selasa (16/7/2019).

Dikatakannya, dalam perolehan suara terjadi penurunan suara sebesar 1.202.523 suara atau setara dengan 2,44% . Penurunan tersebut juga pada akhirnya mempengaruhi perolehan kursi DPR-RI yang pada pemilu 2014 berjumlah 91 kursi kemudian hanya tersisa 85 kursi (kehilangan 6 kursi DPR-RI).

"Pada Pemilu 2014 Partai Golkar meraih 18.432.312 (14,75% ) suara. Sedangkan pemilu yanng diselenggarakan 17 April 2019 Golkar hanya mampu meraih 17.229.789 (12,31%). Berdasarkan hasil rekapitulasi perolehan suara Nasional Pemilu 2014 Golkar memperoleh 91kursi di DPR RI dan Pemilu 2019 85 kursi, artinya terjadi penurunan suara," jelas Iskandarsyah.

Lalu bagaimana pendapat para kader parpol berlambang pohon beringin tersebut terhdapa hasil pemilu 2019? "Di tingkat kepuasan kader dan fungsionaris partai terhadap hasil pemilu 2019 menunjukkan penurunan signifikan. Hanya 23% responden yang menyatakan puas terhadap hasil pemilu 2019, sedangkan 69% menyatakan tidak Puas terhadap hasil pemilu 2019, sementara sisanya tidak menjawab (8%)," beber Iskandarsyah.

Penyebab penurunan hasl perolehan suara, Direktur Eksekutif ETOS Indonesia Institute Iskandarsyah pun membeberkan sejumlah penyebab menurunnya hasil perolehan suara partai Golkar pada Pemilu 2019 yanng sangat signifikan.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Dalam hasil survei ETOS Indonesia Innstitute menyebut, penurunan perolehan suara dan kursi DPR-RI partai dimaknai disebabkan oleh beberapa hal. "Pertama, adalah karena faktor Kepemimpinan (42%). Kedua, tidak memiliki Isue Strategis (14%). Ketiga tidak terlaksananya konsolidasi yang baik terdapat (11%). Sementara Varian penyebab lainnya berada dibawah 10%, diantaranya dikarenakan persaingan antar Parpol, kasus korupsi kader partai dan kehadiran partai lain yang berbasis pemilih yang sama," jelas Iskandarsyah.

Selain itu tidak terlaksananya Konsolidasi yang baik 11% , permasalahan kepemimpinan menduduki prosentasi 42%, munculnya partai politik baru yang berbasis pemilih sama 7% ,kurang maksimalnya caleg partai 2%, kasus korupsi Kader Golkar 9%, tingginya tingkat persaingan antar parpol terdapat 9% , tidak memiliki isue strategis 14%.

Ada pun tidak adanya Figur kader partai untuk mengusung capres-cawapres 4% , serta faktor lainnya mencapai 2%. Tingkat kepuasan responden terhadap kepemimpinan Pusat terkait Partai Golkar, menurut ETOS Institute menyebut sejumlah faktor masalah di internal partai sehingga menyebabkan terjadinya penurunan tingkat kepercayaan terhadap partai.

Menurut ETOS Indonesia sebanyak 58% responden menyatakan tidak puas terhadap kepemimpinan pusat partai, 31% menyatakan puas dan 11% memilih tidak menjawab. Jika demikian bagaimana solusi untuk mengembalikan kejayaan Partai Golkar? Apakah diperlukan percepatan agenda Konsolidasi oraganisasi Partai Politik Golkar terkait situasi internal parpol atas hasil pemilu 2019?

Para responden menilai situasi internal partai terkait hasil pemilu yang merosot pun ditanggapi secara berbeda. Terdapat 49% responden menyatakan diperlukan percepatan agenda konsolidasi organisasi. Kemudian 38% responden menyatakan tidak perlu. Sementara itu 13% responden tidak menjawab.

Siapa Calon Ketua Umum Partai Golkar yang dianggap layak memimpin parpol Golkar pada masa bakti 2019-2024 mendatang?

Publik pastinya sudah mengetahui siapa figur terkuat calon Ketua Umum DPP Partai Golkar the nex. Stidaknya dua nama yang selama ini ddisebut-sebut menjadi calon Ketua Umum Partai Golkar. Adalah Bambang Soesatyo ddalam survei EtOS Indonesia Institute paling banyak dipilih responden yaitu. Bambang Soesatyo (bamsoet) memperoleh 42% respon dan Airlangga Hartarto (37%).

Sementara itu empat (4) nama calon lainya yakni Indra Bambang Utoyo mendapat 8%, Agus Gumiwang 7%, Ahmad Doli Kurnia 5% dam Yorrys Raweyai 1%. 

Berdasarkan hasil survei nasional ETOS Indonesia institute diperoleh 63% responden yang menginginkan pergantian kepemimpinan pusat partai. Survei ETOS Institute menggunakan sejumlah metodologi yakni responden adalah seluruh warga negara Indonesia yang merupakan simpatisan, anggota dan fungsionaris Partai Golkar.

"Kedua, sampel yang digunakan adalah sample 1.000 responden. Berdasarkan jumlah sampel ini, diperkirakan margin of error sebesar sekitar 3% dengan tingkat kepercayaan 90%," kata Iskandarsyah.

Dalam survei ini, responden diwawancari tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih. Dijelaskan, pengamatan kualitatif terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar20%.

Dari total sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check). Dalam pengamatan kualitatif ini tidak ditemukan kesalahan berarti. Sementara periode wawancara dalam survei nasional tersebut mulai dilakukan tannggal 1 Juli 2019 14 Juli 2019. 

Survei juga melibatkan sejumlah elemen diantaranya: Pengurus Partai 39%, Anggota Partai 43% dan Simpatisan. Sedangkan pemilih Parpol 18% . Pemilihan responden berbasis pulau dengan hasil Jawa 33% , Sumatera 24%,Kalimantan 11%, Sulawesi 17% Bali-NTB-NTT 7%, serta Maluku-Papua 8%.***