SELATPANJANG - Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan Balai Karantina Pertanian Hewan dan Tumbuh-tumbuhan (Barantan) Wilayah Kerja (Wilker) Selatpanjang melalui uji laboratorium Rose Bengal Test (RBT) dan Complement Fixation Test (CFT), seekor sapi di Kepulauan Meranti terserang penyakit Zoonosis Brucellosis SP.

"Ketika kita lakukan uji laboratorium hasilnya positif sapi itu terserang Brucellosis," kata Kepala Balai Karantina Pertanian Hewan dan Tumbuh-tumbuhan Wilayah Kerja (Wilker) Selatpanjang, Drh Abdul Aziz Nasution, Kamis (23/1/2020).

Dikatakan Aziz, ketika ada hewan ternak seperti sapi terinfeksi penyakit Brucellosis, maka hewan tersebut harus langsung dipotong untuk menjaga daerah agar terbebas dari penularan penyakit.

Pemotongan terhadap hewan tersebut pun tidak boleh dilakukan sembarangan, melainkan harus melalui pemotongan bersyarat dengan disaksikan oleh dokter hewan.

"Sapi itu langsung dipotong bersyarat. Pemotongan dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan berbagai faktor seperti kemungkinan tercemarnya lingkungan," kata Aziz.

Aziz juga mengatakan, kehati-hatian dalam pemotongan wajib dilakukan untuk mencegah adanya cairan exudat dan sarang-sarang nekrose pada organ-organ viseral. Dalam keadaan demikian, maka seluruh organ visceral limfoglandula dan tulang harus dimusnahkan.

Kepala Barantan Wilker Selatpanjang itu juga menginformasikan jika sepanjang pemeriksaan yang dilakukan baru dua kasus ditemukan Brucellosis pada sapi.

"Sepanjang kita melakukan pemeriksaan baru dua kali sapi terinfeksi Brucellosis. Pada tahun ini dan pada 2019 lalu. Untuk pemeriksaan Brucellosis tidak diambil perindividu hewan melainkan hanya sampling. Terhadap yang positif kita temukan didalam 18 ekor sapi, dan pemeriksaan lanjutan terhadap 16 ekor sapi hasilnya negatif semua," katanya.

Sementara itu Kepala Bidang Peternakan, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Peternakan (DKPTPP) Drh Syafrilia Wulandari mengatakan sapi yang positif terserang Brucellosis ini berasal dari Asahan Sumatera Utara, dimana sapi ini dipersiapkan untuk kebutuhan kurban.

Walaupun didatangkan dari Sumatera Utara, sapi ini ternyata berasal dari Pulau Jawa, dikatakan Sumatera masih bebas dari Brucellosis khususnya untuk regional Sumbar, Riau, Jambi dan Kepri.

"Untuk Sumatera masih bebas dari Brucellosis, dan sapi ini walaupun dibeli dari Sumut tapi dia berasal dari Jawa. Para peternak memang sudah jauh hari memesan untuk persiapan kurban dan proses penggemukan," katanya.

Dikatakan Syafrilia Wulandari penyakit ini bersifat zoonosis dan boleh dipotong dengan syarat organ genital dan organ pencernaannya harus dimusnahkan karena dikhawatirkan bisa menular.

"Hewan ternak yang terkena Brucellosis ini dagingnya bisa dikonsumsi, namun organnya harus segera dimusnahkan, jika tidak bisa menular kepada manusia. Jika pada pria bisa menyebabkan kemandulan dan of wanita bisa keguguran," pungkasnya***