RUKUN Islam kelima paling populer. Heboh orang sekampung karena si A naik haji. Mati ayam sekandang gara-gara syukuran pergi haji. Sepulang haji pakai peci putih dengan pakaian putih model Timur Tengah.

Ditambah pula dengan huruf H di depan nama sekaligus dipanggil Pak Haji dan Bu Hajjah. Sampai di sini semuanya sah-sah saja tak ada yang dilarang.

Setiap tahun umat Islam Indonesia menunaikan ibadah haji sekitar 2.500 orang, namun 2 tahun terakhir tidak ada ibadah haji untuk jamaah dari luar Arab Saudi. Alhamdulillah sekarang keran ibsdah haji dibuka oleh Saudi Arabia walaupun kuotanya hanya sekitar 100.000 orang.

Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Prof Nazarudin Umar mengatakan, ''perjalanan haji yang kaya dengan nilai-nilai spritual harus benar-benar membawa pulang haji mabrur. Setelah sekian banyak dana yang dikeluarkan dan sekian tahun pula lamanya menunggu, setelah berkesempatan ke tanah suci, jangan-jangan pulang hanya membawa haji mardud atau sekedar membawa haji makbul.

Haji mardud, yaitu haji yang ditolak karena tidak memenuhi syarat dan rukun. Sedangkan haji mabrur adalah haji yang dterima dan kemabrurannya diukur setelah kembali ke tanah air. Ukuran utamanya adalah perubahan perilaku kearah lebih baik dari sebelum naik haji.

Perilaku orang yang hajinya mabrur betul-betul menampakkan perubahan yang mendasar, menjadi pionir dalam menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam. Oleh sebab itu, mereka disebut agen-agen perubahan. Mereka menjadi teladan dalam masyarakat. Orangnya beretika, bersopan-santun, punya rasa malu, suka menolong dan pemaaf.

Kesolehan dan ketaatannya terhadap perintah dan larangan agama sangat terpuji. Kehadirannya di tengah masyarakat selalu dinanti, dimana kesabarannya betul-betul teruji.

Ketika saat ini negeri kita sedang dilanda krisis, terutama krisis keteladanan, maka kehadiran saudara-saudara yang baru pulang dari menunaikan ibadah haji sangatlah tepat yang akan membantu mengatasi krisis tersebut.

Oleh sebab itu, harapan serta doa kita agar masyarakat yang telah menunaikan ibadah haji dan akan pulang ke tanah air akan memperoleh haji mabrur, sehingga negeri kita jauh dari segala bentuk kemungkaran.

Sekali lagi, sahabat kita yang berprediket haji merupakan pionir dan agen-agen perubahan yang sedang ditunggu dan dinanti.

Namun sebaliknya, apabila perilakunya tidak berubah ke arah yang lebih baik, berarti kegagalan dalam menunaikan ibadah haji, atau betul-betul haji mardut atau disebut juga secara halus sebagai haji wisata.

Kita tetap berdoa dan berharap semuanya memperoleh haji mlabrur dan betul- betul menjadi agen-agen perubahan dinegeri kita.

Terakhir, saya ingin mengajak pembaca untuk menjawab pertanyaan dengan jujur dari hati nurani,

''Dengan begitu banyaknya alumni haji setiap tahun, sudahkah memberi dampak positif terhadap perilaku masyarakat kita? Untuk dijawab masing-masing saja. Wallahu a'lam.***

Drs H Iqbal Ali, MM adalah Ketua STISIP Persada Bunda 2008-2016 dan Ketua Dewan Penasihat IKMR Riau 2021-2026.