RAMADHAN 1441 H dijalankan oleh umat Muslim di dunia dengan suasana yang muram. Semua ini akibat dari wabah Covid-19 yang melanda berbagai negara, dan tak terkecuali negara-negara muslim di dunia. Bahkan masjid paling agung dan paling mulia bagi umat Muslim, yakni Masjidil Haram dan Masjid Nabawi pun juga sempat ditutup untuk kalangan umum guna mengantisipasi pencegahan Covid-19 atau virus Corona.

Puasa merupakan ibadah untuk menahan diri. Selama berpuasa, kita dilatih untuk terus menahan diri dari keinginan mengonsumsi makanan, minuman, dan hal-hal yang dilarang lainya. Harapanya, kita juga harus mampu menjaga diri dari melakukan hal-hal yang tidak penting dalam hidup ini yang dapat mengganggu kita dalam mencapai keridhoan Allah.

Banyak anjuran dalam pencegahan Covid-19 yang tercermin dalam ibadah puasa. Kita diminta untuk menahan diri untuk keluar rumah, kecuali untuk urusan yang memang diperlukan. Kita diminta untuk bersikap hidup bersih dan menerapkan pola hidup sehat, karena puasa juga mengajarkan pola hidup sehat.

Puasa kali ini mengajarkan kepada kita untuk mengingat kembali bahwa ada kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita kembali mengingat dan menyadari ketidakberdayaan sebagai manusia dengan adanya ancaman penyakit dan kematian yang bisa datang kapan saja. Mengingatkan kembali bahwa ternyata kita telah mengeksploitasi alam tanpa batas demi keinginan-keinginan yang tidak penting sementara lingkungan menjadi rusak.

Hal ini sudah seharusnya digunakan untuk menata visi hidup baru yang lebih substansial bagi kita sebagai individu dan untuk para membuat kebijakan terutama pemerintah supaya lebih bersikap adil dalam mengelola kekayaan negara dan lebih bijak dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan pendekatan kelestarian lingkungan.

Covid-19 juga mengingatkan kita kembali akan pentingnya kerja sama karena sesungguhnya manusia adalah makhluk sosial. Belakangan ini kita mengagung-agungkan individualisme sebagai sumber kemajuan peradaban manusia. Bertindak semaunya demi kepentingan dirinya sendiri kita menjadi ancaman bagi banyak orang lainnya. Dalam situasi seperti ini, para muzakki berkewajiban segera membayarkan zakat, dan menambahkannya dengan infak serta sedekah. Saat ini banyak sekali orang yang kehilangan pekerjaan sehingga mereka sangat membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan bekerjasama, maka beban menjadi lebih ringan.

Ramadhan kali ini, saatnya kita melakukan refleksi secara lebih mendalam, lebih komprehensif, dan lebih substantif terhadap perjalanan kita sebagai pribadi atau terhadap perkembangan peradaban manusia yang selama ini dimotivasi oleh hedonisme dan konsumerisme. Saatnya kita kembali mencari jati diri kemanusiaan kita yang mungkin telah terlupakan karena kesibukan pekerjaan yang sedemikian menuntut atau karena hal-hal yang sesungguhnya tak penting dan mengurangi bermedia sosial yang kini menjadi keseharian kita.

 Tinggal di rumah sebenarnya merupakan kesempatan langka yang sebelumnya selalu kita dambakan. Inilah saat untuk merefleksikan hubungan kita dengan Allah. Inilah saat kita untuk mengevaluasi perjalanan hidup kita. Dan Ramadhan merupakan bulan terbaik untuk menjalaninya. Jangan sampai kesempatan emas ini terbuang sia-sia. ***

* Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau.