SARAH – Letchumananyang memutuskan menjadi mualaf (masuk Islam) tahun 2021 lalu. Setelah menjadi Muslimah, wanita keturunan India ini menambahkan nur pada pangkal namanya, sehingga menjadi Nursarah Letchumananyang.

Dikutip dari wolipop detikcom yang melansir Mstar, wanita yang kini berusia 39 tahun ini merupakan single parent. Selain menafkahi empat anaknya, dia juga harus menafkahi dan merawat kedua orang tuanya.

Ibunya, Tunikody M Karuppiah (66 tahun) dan dan ayahnya, Letchumanan Ponnusamy (84 tahun), mengidap penyakit kronik, seperti sakit jantung, batu empedu, asma, darah tinggi dan kolesterol tinggi.

Nursarah, kedua orang tuanya, dan empat anaknya yaitu Yuganesshwary (15 tahun), Kuhan Raj (13 tahun), Yogaletchumy (5 tahun), dan Vithya Sri (4 tahun) menetap di proyek perumahan rakyat (PPR) di Seri Semarak, Setapak, Kuala Lumpur.

Nursarah menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai petugas keamanan. Dia mempunyai gaji RM 2,300 atau sekitar Rp7,7 juta. Nursarah juga mendapat bantuan dari dari Yayasan Kebajikan Muslim (MyFundAction). Nursarah menerima bantuan makanan sehari-hari dan keperluan dengan jumlah RM310 atau sekitar Rp1 juta selama enam bulan.

Selain menjadi petugas keamanan, Nursarah menjual makanan khas Melayu, agar mendapatkan penghasilan tambahan. Menurut salah satu sukarelawan di Yayasan Kebajikan Muslim (MyFundAction), Muhammad Alief Hakimie Ramli (24 tahun), sosok Nursarah dikagumi karena memikul tanggung jawab keluarga seorang diri.

''Sebelum ini dia (Nursarah) masih mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga, tapi sejak ayahnya sakit dan berada di rumah sakit. Banyak uang yang diperlukan untuk membeli susu dan diapers pakai buang untuk ayah,'' tutur Alief.

''Biaya untuk membeli susu dan diapers saja sudah sekitar RM600 atau sekitar Rp2 juta untuk satu bulan. Anak-anaknya pun semua masih sekolah,'' ucap Alief.

Mimpi Pakai Mukena

Nursarah mantap memeluk agama Islam setahun yang lalu, setelah berkali-kali bermimpi memakai mukena atau telekung (pakaian untuk shalat bagi Muslimah).

''Saya masuk Islam bukan karena untuk mengambil kesempatan menerima bantuan. Bantuan kali ini saya tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya, mungkin orang terdekat saya yang mendaftarkan saya,'' kata Nursarah.

''Sebenarnya saya mendapatkan hidayah usai mimpi memakai mukena. Jadi, saya langsung bertanya kepada ibu dan bapak saya untuk masuk Islam,'' sambungnya.

''Ibu dan bapak saya memberikan lampu hijau kepada saya untuk memeluk agama Islam. Tapi mereka berpesan saya masuk Islam bukan karena seorang pria atau niat lain. Kalau saya cinta kepada Allah, mereka menjawab tidak apa-apa,'' jelasnya lagi.

Nursarah mengaku kerap mendapatkan mimpi yang sama ketika sedang tidur. Ia mimpi sedang memakai mukena.

''Jadi saya memberikan waktu selama enam bulan sebelum memutuskan mualaf. Kalau mimpi itu bukan mimpi biasa. Lewat dari enam bulan itu, saya mimpi yang sama (pakai mukena). Saya kemudian pergi ke Jabatan Agama Islam Wilayah Persekutuan (JAWI) tahun lalu,'' kenang Nursarah.

Nursarah merupakan alumnus diploma di Institut Usahawan Bumiputera (IUB) di bidang Teknologi Digital (IT). Walaupun berbeda keyakinan dengan anggota keluarga yang lain, Nursarah tidak mengalami kesulitan. Semua anggota keluarga beribadah menurut agama keyakinan masing-masing. Setelah menjadi mualaf, Nursarah pun mantap memakai hijab.***