PEKANBARU - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengakui pihaknya bekerja sangat keras dalam mengantisipasi bencana kabut asap di Indonesia, khususnya Riau.

Diceritakan Siti, saat awal-awal Covid-19 dulu, dia diminta oleh Presiden Jokowi untuk menangani ancaman Karhutla tahun 2020, karena Kepala BNPB, Doni Munardo akan disibukkan dengan Covid-19.

"Presiden itu bilang, kita harus bekerja keras karena Kepala BNPB akan fokus dengan Covid-19, mendengar itu otak saya langsung ke Riau, Kalteng, dan Kalbar," kata Siti kepada GoRiau.com, Sabtu (14/11/2020).

Di tahun 2020 ini, ada sistem yang dilakukan oleh Kementerian dan juga Satgas Karhutla, bagaimana bisa memahami perilaku cuaca, sistem tata kelola landscape kawasan gambut dan bagaimana swasta bisa taat.

Siti mengakui dia sudah sangat mengenal hotspot di Riau, pada minggu ketiga Februari, dia melihat ada ancaman bahwa ada Karhutla di Maret 2020. Makanya, tingkat kewaspadaan harus tinggi.

"Saya jujur saja, 30 hotspot saja di Riau, saya sudah panik. Saya ini sudah lima tahun mengamati Riau ini. Alhamdulillah, di bulan Maret kita sudah bisa menangani ancaman Karhutla," ujarnya.

Di tahun 2019 lalu, Siti mempelajari kondisi Pekanbaru yang mencekam padahal titik hotspot kurang, disana dia paham bahwa ada asap yang menggumpal di perkotaan sehingga membuat Pekanbaru gelap dan angka kualitas udara sangat buruk.

"Saya bersama panglima TNI kemudian mempelajari bahwa ada tipe-tipe awan yang bisa direkayasa supaya bisa jadi hujan. Makanya, bulan puasa kita modifikasi hujan di Riau, Sumsel and Jambi harus terus dilakukan, alhamdulilah di hari lebaran kita bebas asap," jelasnya.

Menjelang September, Siti masih deg-degan, apalagi berdasarkan data dari BMKG, terjadi pengunduran musim kemarau yang artinya musim kemarau akan lebih panjang. Siti langsung mengingatkan bahwa modifikasi hujan jangan berhenti dan terus pelajari perilaku awan.

Dalam teori klimatologis, Siti mempelajari curah hujan di 10 hari, dan mencari tahu apakah dalam jangka waktu itu gambut akan kering atau basah. 

"Jadi ketika ada awan di atas kawasan gambut, kita langsung modifikasi hujan supaya lahan gambut disana basah," tuturnya.

Di tengah perjalanan, BNPB mengusulkan supaya ditingkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran, dimulai dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Karena, dia sadar peran masyarakat sangat besar didalam upaya pencegahan ini.

"Sebab, yang paling paham kondisi adalah masyarakat sekitar gambut sana," tutupnya.***