PEKANBARU, GORIAU.COM - Tim Satgas Penanggulangan Karhutla Riau tengah menunggu janji Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB-) Willem Rampangiley.

Janji tersebut untuk meminjamkan kembali satu helikopter yang diperbantukan ke Sumatera Selatan untuk pemadaman kebakaran lahan dan hutan.

"Kita ada 3 heli yang biasanya 'standby'. Satu dipinjamkan ke Sumsel, satu tengah perbaikan dan hanya satu yang bisa beroperasi," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger, Minggu (18/10/2015).

Karena kembali ditemukan titik panas dan titik api di Riau. Sehingga satu helikopter dirasakan cukup lemah melakukan operasi udara. "Kita mau minta lagi, sesuai janji Kepala BNPB, karena itu hanya dipinjamkan selama satu pekan," tandas Edwar.

Sumatera kembali dikepung 'hotspot' (titik panas). Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Minggu (18/10/2015) merilis, terdeteksi sebanyak 813 titik yang tersebar di 7 provinsi.

Sumatera Selatan (Sumsel) masih menempati posisi terbanyak dengan 'memproduksi' 645 titik panas, menyusul Jambi dengan 70 titik, Riau 49 titik, Lampung 27 titik, Bangka Belitung 11 titik, Kepulauan Riau 6 titik dan Bengkulu 5 titik.

Edwar mengatakan, secara 'confidence', hanyak 38 hotspot terdeteksi di Provinsi Riau. "Tapi itu tentu saja menjadi tugas dari kita sebagai satgas. Tadi pagi, 1 helikopter sudah kita minta terbang ke Kerumutan dan Siak," kata Edwar di Pekanbaru.

Dikatakannya, saat ini Tim Satgas Karhutla di Riau mau tidak mau harus memaksimalkan Satgas Udara untuk melakukan penyisiran dan pemadaman jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran lahan.

Karena satu helikopter yang bisa terbang dianggap tidak akan bisa memaksimalkan operasi. "Jadi satgas darat dimaksimalkan. Intinya kita terus melakukan operasi setiap harinya," tegas Edwar.

Beberapa wilayah di Riau kembali diselimuti kabut asap dan membuat jarak pandang menurun. Beberapa diantaranya seperti Pelalawan (400 m), Dumai (500 m), Rengat (600 m) dan Pekanbaru (800 m).***