PADANG ARO - Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria menolak pem­batalan sepihak rute Tour de Singkarak (TdS) tahun 2016 ke daerahnya dengan alasan alasan kondisi jalan yang rusak parah sehingga tidak cukup waktu untuk memperbaikinya. Menurutnya, pembatalan TdS Solsel tanpa adanya koordinasi dan pemberitahuan dari panitia baik secara lisan atau tulisan. Pihaknya mengetahui setelah melihat pemberitaan media cetak. 

“Hal ini sangat tidak baik, kami seperti dianaktirikan dan kita tidak terima,” ungkapnya dilansir dari solselkab.go.id.

Sementara, Kepala Dinas Bu­da­ya Pariwisata dan Pemuda Olah­raga Solsel, Doni Hendra telah menyatakan kesiapan sebagai tuan rumah TdS 2016 di Solsel.

“Kalau alasan akses jalan bukan kewenangan kita. Kemudian kami telah menghubungi pihak dinas pariwisata Sumbar atas pem­batalan TdS di Solsel. Dan pihak dinas pariwisata Sumbar pun terkejut mendengar kabar itu, bahkan menurut kepala dinas, wakil gubernurpun tidak menge­tahui pembatalan itu,” tegasnya.

Deputi Pengem­ba­ngan Segmen Pasar Personal Pariwisata Nusantara, Raseno Arya mengungkapkan kesedihan­nya apabila Solsel batal sebagai tuan rumahTdS 2016 karena alasan kondisi akses jalan yang buruk. “Saya ikut sedih Jika TdS Etape 8 Solsel Batal,” ungkapnya dilansir Haluan melalui sambungan WhatssApp, Jumat (24/6/2016).

Menurutnya, terkait pem­batalan tersebut pihaknya telah menyampaikan kepada Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno.

“Ter­gantung petinggi Sumbar kita ikut saja yang terbaik buat se­muanya. Seharusnya daerah peduli,” tambahnya.

Protes ini tentu beralasan, karena Tour de Singkarak (TdS) merupakan iven tahunan yang mampu berdampak bagi sektor pariwisata Indonesia. Sebab, secara tidak langsung telah mempromosikan objek wisata Indonesia kepada mata dunia, khusunya Sumatera Barat dan Solsel.

Sederhananya, jika sek­tor pariwisata menggeliat tentu outpunya ekonomi masyarakat meningkat. Seha­rusnya hal ini harus diman­faatkan maksimal oleh peme­rintah daerah Sumbar sebagai peluang promosi yang mampu memberi dam­pak positif, demi kemasla­hatan bersama.

Untuk diketahui, Februari 2016 lalu Solsel dilanda musibah ban­jir bandang yang mem­po­rak­porandakan daerah itu. Tentunya kejadian ter­sebut berdampak bagi sa­rana dan fasilitas umum (fasum) seperti, jalan dan jembatan. Maka tak ayal, rasa keprihatinan berbagai pihak tertuju ke daerah itu. Maka, tak masuk akal kiranya kerusakan fasum akibat banjir itu tidak diketahui oleh pihak pemerintah provinsi.

Salah satu yang menarik jika pebalap menjajal etape dan finish di Solsel adalah ketika pebalap akan melewati tanjakan atau titik King of Mountain dengan ketinggian 943 mdpl di blok nol Kenagarian Pekonina, merupakan ujian ter­akhir sebelum garis finish depan kantor bupati.

Alam Solsel yang asri dengan 1000 rumah gadang juga menjanjikan dikunjungi peserta TdS. Apalagi Gunung Kerinci serta kulinernya juga sangat luar biasa. (***)