PEKANBARU - Sekda Kabupaten Labuhanbatu Sumut, Ahmad Muflih SH MM, Selasa (4/12/2018) memboyong lima kepala badan/ dinasnya ke Fakultas Perikanan Universitas Riau (Faperika Unri) untuk menjalin kerjasama dalam rangka memecahkan berbagai masalah  perikanan di kabupaten itu.

Kerjasama itu dituangkan dalam dokumen memory of understanding (MoU) yang ditandatangani Dekan Faperika Prof Dr Ir Bintal Amin MSc dan Kabalitbang Labuhanbatu Hobol Zulkifli Rangkuti SSos MM, disaksikan Ahmad Muflih. Selain Hobol, pejabat lain yang hadir adalah Kepala Bappeda, Kadis Perindag, Kadis Kelautan dan Perikanan, dan Kadis Pemberdayaan Masyarakat.

Sementara Prof Bintal didampingi para Ketua Jurusan, antara lain Ir Eni Yulinda MP (Sosek Perikanan), Dr Dessy Yoswati (Kelautan), Dr Desmelati (Teknologi Hasil Perikanan) dan Ir Jonny Zain MSi (Pengelolaan Sumberdaya Perairan), Hazmi Arief MSi dan para dosen lainnya.

Menurut Sekdakab Ahmad Muflih, pihaknya menggandeng Faperika Unri karena persoalan perikanan di daerahnya cukup kompleks, berlangsung cukup lama, dan tidak pernah bisa tuntas. “Kami punya daerah pesisir Panai Hilir yang potensial perikanan karena terletak di muara sungai Berombang yang bermuara ke Selat Malaka. Tapi nelayannya kurang produktif, tetap miskin dan masyarakatnya relatif miskin,” katanya.

Selain itu, Labuhanbatu juga memiliki potensi ikan terubuk, ikan langka yang bernilai ekonomis tinggi. Serta potensi pengembangan budidaya ikan.

Karena itu, katanya, Pemkab Labuhanbatu menggandeng Faperika Unri karena dianggap cukup mumpuni untuk membantu memecahkan masalah ini. “Kita ingin tahu secara ilmiah, apakah persoalan perikanan di Labuhanbatu disebabkan kurangnya modal, terbatasnya infrastruktur, pemasaran gelap ikan, atau budaya malas masyarakat? Jika ini sudah terjawab, baru kita bisa membuat program yang tepat sasaran,” ujarnya.

Dekan Prof Bintal Amin menyambut baik MoU ini, dan akan mengerahkan semua potensi dosen berkompeten untuk membantu memecahkan masalah perikanan di Labuhanbatu. “Kita banyak punya dosen peneliti dan ahli di bidang perikanan, baik sosial ekonomi, penangkapan, budidaya, pengolahan, manajemen sumberdaya maupun kelautan,” katanya.

Prof Bintal juga menawarkan wacana kerjasama penempatan mahasiswa kuliah kerja nyata di Labuhanbatu, untuk mengedukasi masyarakat perikanan setempat.

Ahmad Muflih berharap, dengan adanya kerjasama ini, ke depan akan dihasilkan dokumen akademik yang bisa mendukung sistem inovasi daerah, dimana pembangunan tidak semata dilakukan oleh pemerintah. Tapi juga melibatkan stakeholders yang lain, termasuk dunia usaha, kampus dan media massa. “Dekan penerapan sistem inovasi daerah, diharapkan membuat pembangunan menjadi tepat sasaran, hemat anggaran, kalau perlu tanpa APBD,” katanya.

Usai penandatangan MoU, pertemuan itu dilanjutkan dengan acara Focus Group Discussion (FGD), yang dipandu oleh Ir Eni Yulinda MP. FGD ini diikuti 25 peserta. (rls)