PEKANBARU - Ketua DPRD Riau, Yulisman, menyampaikan duka yang amat mendalam atas meninggalnya salah seorang tokoh di Riau sekaligus Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Datuk Seri Al Azhar.

Dikatakan Politisi Golkar ini, selain dikenal sebagai tokoh adat dan budayawan, Al Azhar merupakan simbol perjuangan masyarakat Riau, karena sepanjang hidupnya Al Azhar terus berjuang untuk Riau dan Melayu.

"Masyarakat sangat kehilangan, karena beliau adalah simbol moral dan orang yang concern dengan perjuangan hak-hak masyarakat melayu Riau," ujar Yulisman, Rabu (13/10/2021).

Sosok Al Azhar yang berkomitmen dalam memperjuangkan Riau dan Melayu, menurut Yulisman, diharapkan Yulisman bisa menjadi teladan bagi generasi muda yang ada saat ini. "Semoga Almarhum diterima disisi Allah dan kita ajak masyarakat Riau mendoakan beliau dan keluarganya," kata Yulisman.

Diberitakan sebelumnya, Provinsi Riau kembali kehilangan tokoh dan pejuang kesejahteraan masyarakat. Kali ini kabar duka datang dari Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), dimana Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR, Datuk Seri Al Azhar meninggal dunia, Selasa (12/10/2021).

Bagi orang-orang yang mengamati perjalanan Provinsi Riau, tidak asing dengan sosok pria kelahiran Tambusai, Rokan Hulu pada 17 Agustus 1961 ini. Al Azhar dikenal sebagai budayawan dan juga aktivis pergerakan.

Al Azhar merupakan sastrawan dan juga pengasuh pertama surat kabar mahasiswa di Universitas Riau, yakni Bahana Mahasiswa, yang mana surat kabar kampus ini masih eksis sampai hari ini.

Al Azhar juga kerap menyuarakan hak-hak adat yang dirampas oleh korporasi, bahkan Al Azhar sudah melihat perampasan tanah adat ini sejak dia masih kecil. Inilah yang membuat dia akhirnya tumbuh sebagai sosok yang paling keras menentang setiap upaya perampasan tanah adat.

Di bidang pergerakan, Al Azhar merupakan tokoh muda yang ikut memperjuangkan hak-hak Riau yang tidak mendapatkan apa-apa dari kekayaan alam Migas di Blok Rokan.

Bersama Tabrani Rab, Al Azhar ikut menyuarakan 'Riau Merdeka' kepada pemerintah pusat sebagai bentuk protes atas eksploitasi migas yang dilakukan oleh negara lewat PT Caltex.

Pergerakan ini pada akhirnya membuat Riau berhak atas Dana Bagi Hasil (DBH) Migas sebesar 15 persen dari total keuntungan. Dana transfer ini sampai hari ini masih diterima oleh Pemerintah Daerah, baik provinsi maupun kabupaten kota.

Meski sudah tidak lagi berusia muda, namun Al Azhar tidak bisa diam jika melihat ada yang mencoba mengusik Riau dan Melayu. Al Azhar bahkan memberikan reaksi keras ketika Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas menyebut Riau adalah daerah radikal.

"Jadi sekarang jangan lagi lah buat kegaduhan. Urus saja diri sendiri dan organisasinya itu. Lebih baik dia tengok dirinya, dan jangan tengok di luar,” kata Al Azhar kala itu.

"Soal pernyataan Yaqut itu, tak perlu ditanggapi berlebih-lebihan, bagi kita itu hoax. Tanpa data pendukung itu hoax" kata Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR, Datuk Seri Al Azhar, Minggu (13/1/2019). 

Al Azhar juga pernah mengeluarkan Warkah Amaran (Pesan Peringatan) terhadap perlakuan sangat tidak pantas yang dialami oleh ulama kebanggaan Masyarakat Riau, yakni Ustadz Abdul Somad di Bali, Jumat (8/12) lalu.

Datuk Al Azhar menyebutkan bahwa Ustadz Abdul Somad yang adalah orang yang dihormati karena dituakan selangkah, dan ditinggikan seranting. Karena UAS merupakan salah seorang anggota MKA LAM Riau, dan mendapat gelar kehormatan Datuk.

“Oleh karena itu, segala bentuk ketidakpatutan dan pelecehan terhadap UAS adalah sama dengan pelecehan terhadap kehormatan, martabat, Marwah LAM Riau dan masyarakat Melayu Riau pada umumnya,” tegasnya.***