JAKARTA – Jelang krisis global 2023, PHK massal tidak hanya terjadi di Indonesia seperti yang dilakukan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, bahkan perusahaan raksasa daring dunia, Amazon berencana untuk memberhentikan sekitar 10.000 karyawan pekan ini.

PHK meliputi divisi organisasi perangkat Amazon, termasuk asisten suara Alexa, serta di divisi ritel dan sumber daya manusia.

Chief Executive Officer Amazon Andy Jassy mengaku hal itu merupakan keputusan yang sulit diambil oleh seorang pimpinan perusahaan.

Sebab akan berpengaruh pada kondisi ekonomi sosial untuk para pekerja terdampak.

"Saya telah memegang peran ini selama sekitar satu setengah tahun, dan tidak diragukan lagi, ini adalah keputusan tersulit yang pernah kami buat selama ini,” kata Andy Jassy mengutip surat kabar The Wall Street Journal, Jumat (18/11/2022).

Dia menjelaskan perkembangan teknologi dan platform Belanja online yang cukup masif akibat dorongan Pandemi Covid-19.

Sehingga hal itu melahirkan sebuah optimise besar perusahaan tentang pengembangan yang dilakukan kedepan.

Namun pasca pandemi, ketika mobilitas kembali normal, pembatasan mobilitas mulai longgar, dan ditambah kondisi ekonomi yang melambat membuat masyarakat menurunkan konsumsinya.

Adapun Mark Zuckerberg mengakui bahwa optimisme yang berlebihan tentang pengembangan justru membuat perusahaan kelebihan staf akibat perekrutan yang dilakukan sebelumnya.

Bahkan di platform META sendiri, setidaknya telah memangkas 11 ribu pekerja, 13% staf perusahaan.

Untuk Twitter Inc, Stripe Inc, Redfin Corp, Lyft Inc dan lainnya kalau di total angkanya lebih dari 100 ribu pekerja pada tahun 2022.

Amazon sendiri, setidaknya memberhentikan sebanyak 3% dari staf perusahaan.

Bahkan Andy Jassy mengungkapkan fenomena ini bakal berlanjut pada tahun depan.

"Saya atau pemimpin manapun yang membuat keputusan ini memahami, bahwa ini bukan hanya peran orang yang kami hilangkan, melainkan orang-orang dengan emosi, ambisi, dan tanggung jawab yang hidupnya akan terpengaruh," pungkasnya. ***