''BIARLAH kami saja yang mencari makan dalam semak, kalian nanti harus bekerja di tempat yang terang.''

Kalimat sederhana yang memiliki makna sangat mendalam ini selalu terngiang-ngiang di telinga Yusmar Yusuf, bahkan hingga kini, saat dia memegang amanah sebagai Kepala Dinas Pertambangan dan Energi di Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu.

Kalimat tersebut merupakan pesan dari ibunya, Rosyiah, kepada Yusmar Yusuf. Yusmar tak ingat kapan persisnya pertama kali dia mendengar pesan tersebut meluncur dari mulut ibunya. Namun yang pasti, dia sudah mendengarnya sejak sebelum masuk Sekolah Dasar, atau ketika dia belum mengerti sama sekali dengan maksud kalimat tersebut.

Pesan tersebut terus berulang-ulang disampaikan ibunya hingga Yusmar Yusuf menyelesaikan pendidikan SMP di kampungnya. Pesan itu sering didengarnya saat menemani atau membantu ibunya di kebun karet atau di ladang padi. Namun Yusmar baru benar-benar memahami makna pesan ibunya itu ketika duduk di kelas II Sekolah Dasar. ''Ketika kelas II SD barulah saya benar-benar paham dengan pesan ibu saya tersebut,'' kata Yusmar, saat berbincang-bincang dengan GoRiau.com, di Pekanbaru, Jumat (23/12/2016) sore.

''Beliau ingin, kami anak-anaknya tidak bernasib seperti Beliau, yang harus membanting tulang setiap hari bekerja di kebun dan ladang untuk memenuhi kebutuhan makan dan biaya pendidikan anak-anaknya. Beliau mendorong kami rajin belajar dan terus semangat bersekolah hingga ke tingkat yang lebih tinggi, agar kami bisa mendapatkan pekerjaan yang baik,'' sambung mantan Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Kabupaten (Setdakab) Rokan Hulu tersebut.

Bagi Yusmar, pesan itu dipahaminya sebagai harapan ibunya yang harus dipenuhinya sebagai bakti kepada kedua orangtuanya. Dia yakin dalam pesan tersebut juga mengalir doa ibunya yang akan melapangkan jalan baginya dalam mewujudkan cita-citanya. ''Makanya setelah tamat SMP, saya izin kepada ibu dan ayah untuk melanjutkan ke SPG di Pekanbaru. Jadi dulu, cita-cita saya tu awalnya hanya ingin jadi guru SD,'' kenang mantan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Setdakab Rohul itu sambil tersenyum.

Lulusan program S2 Pembangunan Wilayah dan Pedesaan di Universitas Andalas Padang tersebut menceritakan, kebun karet dan ladang padi milik kedua orangtuanya memang berada di tengah hutan. Istilah ibunya Yusmar, Roisyah, dikelilingi semak. Jarak rumahnya ke kebun dan ladang sangat jauh. Sekitar 45 menit bila ditempuh dengan berjalan kaki dan harus melintasi semak dan hutan.

Bahkan pernah suatu ketika Yusmar dan ayahnya nyaris celaka dicakar beruang yang sangat besar saat melintasi semak. ''Saat itu saya dan ayah mau berangkat ke kebun. Karena jalannya semak, maka ayah mencoba membabat pohon-pohon kecil yang menghalang di jalan. Tiba-tiba dari balik semak muncul seekor beruang besar yang langsung mencoba mencakar ayah saya beberapa kali. Ayah saya secepatnya mundur, sehingga terhindar dari cakaran beruang. Beruntung beruang itu segera pergi setelah gagal mencakar ayah. Saya yang berada di belakang ayah ketika itu sangat ketakutan. Ayah kemudian mengajak saya segera pulang, karena khawatir bertemu lagi dengan beruang,'' kenang Yusmar.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/26122016/2jpg-5425.jpgYusmar Yusuf menyaksikan pemotongan tumpeng peresmian PLTBG Rantau Sakti, yakni listrik bertenaga biogas dari limbah dengan semboyan ''dari limbah berbahaya menjadi cahaya''. (ist)

Sejak mulai pandai berlari, kisah Yusmar, dia sudah dibawa orangtuanya ke kebun dan ke ladang. Namun baru mulai belajar menyadap dan membangkit karet di kebun serta bekerja di ladang setelah sekolah di SD.

''Sejak kelas III SD saya sudah membantu orangtua menyadap dan membangkit karet. Kadang saya membantu di ladang, mulai dari membersihkan lahan, mencangkul, menanam, mengusir burung hingga memanen padi. Kami menanam padi bukan di sawah, tapi di lahan kering, makanya disebut bertanam padi di ladang,'' urainya.

Yusmar membantu orangtuanya bekerja di kebun atau ladang setiap pulang sekolah. Kalau Hari Minggu dan hari libur lainnya, dia sudah berangkat ke kebun atau ke ladang sejak pagi dan pulangnya setelah sore. Sejak SD hingga SMP, sepulang sekolah, Yusmar pulang ke rumah dulu untuk mengganti baju sekolah, selanjutnya tanpa makan siang dulu, dia segera berangkat ke ladang. ''Kami makan siangnya di ladang, karena ibu saya memasak di ladang. Kalau di rumah, siang hari tak ada nasi,'' ujarnya.

Cerita Yusmar, saat SD, dia ke sekolah berjalan kaki. Jarak sekolahnya sekitar 2 kilometer. Sedangkan saat SMP, ke sekolah pakai sepeda, karena jaraknya agak jauh, sekitar 4 kilometer dari rumahnya. Sepulang sekolah, Yusmar harus berjalan kaki dulu sekitar 45 menit ke ladang, barulah bisa makan siang. Setelah makan siang harus bekerja di kebun atau di ladang. ''Kalau terkenang masa-masa sulit itu, saya jadi teringat betapa beratnya perjuangan kedua orangtua saya membesarkan dan menyekolahkan kami. Kadang-kadang tanpa sadar meleleh air mata saya,'' akunya.

Bila bulir padi mulai berisi hingga tiba masa panen, Yusmar sering tidur bersama ayahnya di ladang, untuk menjaga padi dari serangan babi hutan. ''Kalau tidak dijaga malam hari, bisa habis padinya dimakan babi hutan. Ayah saya membuatkan alat yang bunyinya menyebabkan babi ketakutan. Jadi ketika talinya ditarik, benda itu pun berbunyi sangat kuat dan babi yang mencoba mendekat, lari ketakutan,'' ceritanya sambil tersenyum.

Kalau siang hari, menjelang padi dipanen, Yusmar bertugas mengusir burung, monyet dan beruk. ''Untuk mengusir ketiga hama tersebut, selain menggunakan bunyi-bunyian, ayah saya membuatkan orang-orangan yang digantung di berbagai tempat di sekeliling dan tengah ladang,'' kenang Yusmar.

''Meski kehidupan keluarga kami dulunya sangat sulit, setiap hari berada dalam semak, namun bagi saya, masa kecil yang saya lewati luar biasa indahnya. Saya bersyukur kedua orangtua mengajarkan saya jadi pekerja keras sejak kecil, sehingga saya mampu mewujudkan harapan mereka, agar tidak bekerja dalam semak,'' ujarnya.

Yang membuat Yusmar lebih bersyukur, kedua orangtuanya berkesempatan melihat dirinya meniti karier di birokrasi. ''Saya sangat bersyukur, karena sebelum meninggal, kedua orangtua saya sempat melihat bahwa saya telah mewujudkan harapan mereka agar tidak bekerja dalam semak,'' ulasnya.

Dalam menjalankan tugasnya, Yusmar mengaku menjadikan pesan ayahnya sebagai motto. ''Di mana pun berada dan bekerja harus berguna bagi semua orang,'' ungkapnya.

''Pesan itu disampaikan ayah saya berulang-ulang, sejak saya kecil hingga saya bekerja sebagai PNS,'' tukuknya.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/26122016/1jpg-5424.jpgYusmar Yusuf bersama istrinya Yurni Ziarti, kedua anaknya Arasti Okti Rahmi dan Afdel Walhadi serta keponakannya Riyan Rahmad. (ist)

Riwayat Hidup dan Pendidikan

Drs Yusmar Yusuf, MSI, dilahirkan di Teluk Riti, Rambah Hilir Tengah, Kecamatan Rambah Hilir, Rokan Hulu, Riau, 11 Maret 1968. Merupakan putra dari pasangan H Muhammad Yusuf dengan Hj Roisyah.

Yusmar merupakan anak ke-8 dari 13 bersaudara. Salah satu saudaranya (kakaknya) adalah Zulkifli Yusuf, yang pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Riau. ''Namun dari 13 bersaudara hanya 3 yang sampai dewasa. Kini pun hanya tinggal berdua, saya dan Bang Zul (Zulkifli Yusuf, red). Adik saya yang paling bungsu, meninggal beberapa tahun lalu saat berusia 36 tahun,'' terang Yusmar.

Sejak lahir hingga berusia 7 tahun, Yusmar selalu sakit-sakitan. Anehnya, setelah adiknya yang beda usia 2 tahun dengannya meninggal, Yusmar malah jarang sakit. ''Karena sakit-sakitan, ayah saya bahkan mengira saya tak akan berumur panjang. Anehnya, adik saya yang kondisinya sehat, malah berumur pendek. Sejak adik saya itu meninggal, kondisi saya jadi sehat dan jarang sakit,'' sebutnya.

Yusmar menyelesaikan pendidikan tingkat SD di SD Teluk Riti, Muara Nikum tahun 1981. Kemudian melanjutkan ke SMP Muara Rumbai, tamat tahun 1983. Tamat SMP melanjutkan ke SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Pekanbaru, tamat tahun 1987.

Lulus SPG, Yusmar meneruskan pendidikannya ke Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau, memilih program studi PMP (Pendidikan Moral Pancasila), tamat tahun 1991.

Saat bekerja di Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKN) Kabupaten Pelalawan, Yusmar ikut tes program S2 di Universitas Negeri Padang (UNP) dan Universitas Andalas (Unand) Padang. Ternyata diterima di kedua perguruan tinggi tersebut, namun Yusmar lebih memilih kuliah di program S2 Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Unand Padang, dan berhasil meraih gelar MSi (Master Sains) tahun 2001.

Perjalanan Karier

Dua tahun setelah lulus dari FKIP Unri, tahun 1993, Yusmar lulus tes menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ditugaskan di Badan Koordinasi Keluarga Berencana Keluarga (BKKBN) Kabupaten Kampar. Dari BKKBN Kampar, Yusmar kemudian pindah ke BKKBN Pelalawan, hingga tahun 2002.

Tahun 2002, Yusmar pindah ke Pemkab Rohul, ditempatkan sebagai staf di Bagian Hubungan Masyarakat (Humas). Tahun 2003 dipromosikan sebagai Kasubag Humas. Jabatan itu diembannya hingga 2006. Tahun 2006 hingga 2011, Yusmar dipercaya menjadi Kepala Bagian (Kabag) Humas Setdakab Rohul.

Karier Yusmar terus melesat. Tahun 2012 Yusmar ditunjuk menjabat Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Kadisduk Capil). Jabatan ini dipegangnya hingga tahun 2014. Kemudian tahun 2014, Yusmar dirotasi menjadi Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Kadistamben) Rohul. Jabatan ini masih diembannya sampai sekarang.

Didampingi Wanita Hebat

Dari pernikahannya dengan alumni Fakultas Ekonomi Unand Padang, Yurni Ziarti, SE, Yusmar dikaruniai dua anak. Anak pertamanya, Arasti Okti Rahmi, saat ini duduk di semester VII pada program studi Ekonomi Syariah, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau.

Sedangkan anak keduanya, Afdel Walhadi, tercatar sebagai mahasiswa semester I di program studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Riau.

Menurut Yusmar, dia dan istrinya memberikan kebebasan kepada anak-anaknya memilih jurusan yang diinginkannya. Demikian juga nanti dengan pekerjaan, mereka membebaskan anak-anaknya memilih pekerjaan yang diinginkannya. ''Karena mereka yang akan menjalaninya, maka kami berikan kebebasan kepada mereka memilih pekerjaan yang mereka inginkan, asalkan pekerjaannya baik,'' katanya.

Yusmar mengakui, dukungan istri sangat berperan dalam perjalanan kariernya sebagai birokrat. Istrinya yang juga PNS dan saat ini menjabat sebagai Kepala Bidang (Kabid) Pemberdayaan Masyarakat pada Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa Pemkab Rokan Hulu, merupakan teman diskusi yang paling berarti baginya, tentang berbagai masalah, termasuk masalah pekerjaan sebagai birokrat.

''Jujur saja, saya bisa seperti saat ini karena ada wanita hebat yang setia mendampingi saya,'' kata Yusmar dengan mantap.

Yusmar bersyukur karena dipertemukan dan diperjodohkan Tuhan dengan wanita kelahiran Lubuk Basung, Agam, Sumatera Barat tersebut. ''Kami pertama kali bertemu saat sama-sama bekerja di BKKBN Pelalawan. Setelah saling mengenal dan merasa cocok, akhirnya kami memutuskan menikah,'' sambung Yusmar sambil tersenyum, mengenang awal pertemuan dengan istrinya.

''Istri dan anak-anak merupakan sugesti bagi saya,'' pungkasnya.***