KEMISKINAN tidak menghalangi keluarga Muslim memuliakan tamu. Seperti yang dilakukan sepasang suami-istri di masa Rasulullah SAW, mereka dan anak-anaknya ikhlas menahan lapar demi menjamu tamunya.

Dilansir dari Republika.co.id yang mengutip dari buku Harta Haram Muamalat Kontemporer karya Erwandi Tarmizi, diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, pada suatu malam Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (SAW) kedatangan seorang tamu, lalu beliau memberi tahu istri-istrinya untuk menyiapkan makanan. Mereka menjawab bahwa tidak ada makanan di rumah.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kemudian bertanya kepada para sahabat, ''Siapa yang mau menjamu tamu ini?''

Seorang Anshar menyanggupinya dan membawa tamu tersebut ke rumahnya. Ia berkata kepada istrinya, ''Muliakan tamu Rasulullah!'' 

lstrinya berkata, ''Yang ada hanyalah makan malam untuk anak-anak kita''.

Suaminya berkata, "Siapkan makanan tersebut, Ialu nyalakan Iampu, kemudian tidurkan anak-anak jika mereka minta makan!''

Sang istri melakukan perintah suami, ia menyiapkan makanan dan menyalakan lampu. Setelah makanan berada di hadapan tamu, ia menidurkan anak-anak. Kemudian ia berpura-pura memperbaiki lampu dengan maksud memadamkannya. 

Dalam keadaan gelap tamunya makan dan mereka berdua memperlihatkan kepada tamunya seolah-olah mereka juga makan bagian mereka. Malam berlalu dan mereka tidur dalam keadaan lapar. 

Di pagi hari, sahabat ini menemui Nabi. Beliau bersabda, ''Sesungguhnya Allah tertawa atau kagum dengan perbuatan kalian berdua tadi malam''. 

Lalu Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT) menurunkan firman-Nya, ''Dan mereka (orang-orang Anshar) mengutamakan (orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung''. (Al Hasyr ayat 9). (Kisah ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).  ***