BAGAIMANA tidak, begitu tega kah dia membiarkan angan-angan dan hayalan Rizal untuk hidup bersama dengannya tak lebih hanya sebatas impian belaka…?

Sampai kapan dia harus menipu Rizal dengan jawaban dan tanggapan yang justru hanya  sebentuk pepesan kosong saja. Duhhhh, kasihan Rizal. Betapa hibanya perasaan jiwa Siti menyaksikan Rizal yang terbuai dengan angan-angannya sendiri.Yang bagaimanapun juga impiannya itu kelak tidak mungkin akan terwujud dan tidak akan menemui kenyataan.

Seandainya lah Bang, kalau kita tak berjodoh. Karena jodoh kan di tangan Tuhan,sanggupkah abang berpisah dengan Siti‘’, mendadak saja ungkapan ini dilontarkan Siti, namun penyampaiannya seperti bercanda sehingga tidak memunculkan curiga Rizal.

‘’Sepertinya tak sanggup. Serius Nih. Bisa mati tegak abang nanti,’’ Rizal tertawa, dia juga menampilkan canda. Siti terhenyak.

‘’Kan bukan Siti satu-satu nya perempuan’’

‘’Perempuan memang tak satu, ada ratusan, ribuan bahkan jutaan. Tetapi dari jutaan perempuan itu, jatah lelaki hanya satu perempuan untuk dijadikan isteri’’

‘’Jadi bagaimana dengan lelaki yang tak cukup satu perempuan….?’’

‘’Ahhhhh, kalau pun ada, itu jatah korupsi.’’ Rizal tertawa ngakak.

‘’Ahhhh, abang bisa aja, masa perempuan boleh dijatah-jatahin…?’’ Siti mencubit paha Rizal.

‘’Maksudnya bukan begitu, bisa saja lelaki berteman dengan banyak perempuan katakanlah gonta-ganti pacar, tetapi untuk dijadikan isteri kan lelaki hanya mendapat satu saja jatah dan jatah abang mungkin hanya Siti, tidak akan bisa lagi abang rasanya ke jatah yang lain.’’

‘’Abang serius Nih, kalau sekiranya tak mendapatkan Siti nanti abang bisa mati tegak….?’’ Siti merasakan kelopak matanya nyeri dan gatal. seperti ada sesuatu yang bening menggenang di situ. Rasa terenyuh dan perih menggelayut di jiwanya.

‘’Tak mati tegak lagi, mungkin terjengkang’’ Rizal yang tak tau jika sang kekasih disebelahnya sedang dirundung nestapa, tertawa renyah. (Bersambung)

Cerita Sebelumnya…

Cerita Selanjutnya...