JAKARTA - Sutradara film nasional, Hanung Bramantyo ternyata sempat kesulitan untuk mendapatkan izin dari Sastrawan, Pramoedya Ananta Toer, untuk memfilmkan 'Bumi Manusia'.

"Maaf sekali, bung. Tidak semudah itu. Asal bung tahu, Bumi Manusia itu sudah ditawar oleh Sutradara Hollywood (Oliver Stone) sebesar 60 ribu dolar dan saya bahkan belum memberikan. Sorry kalau saya terlihat seperti tidak mendukung kemajuan anak muda. Tapi inilah hidup saya. Saya hanya bisa menulis. Tulisan-tulisan saya adalah anak-anak Rohani saya yang harus bisa menghidupi keluarga saya baik secara materi maupun Non-Materi," tutur Hanung.

Kisah itu diungkap Hanung dalam tulisannya yang Ia publikasikan melalui CNNIndonesia.com, Sabtu (24/08/2019).

Dalam tulisan berjudul, "Kenapa Film Bumi Manusia Harus Saya?" itu, Hanung mengungkap sejarah perkenalan awalnya dengan Bumi Manusia. Judul Buku ini, bukan karya Pramoedya Ananta Toer yang pertama kali Ia kenal.

Tulisan itu, juga mengisahkan perjalanan hidup Hanung sejak lahir-yang akrab dengan nilai-nilai kebangsaan dan patriotisme, hingga akhirnya 'Bumi Manusia' difilmkan.

Film Bumi Manusia, bercerita tentang kisah hidup Minke (Iqbaal Ramadhan), yang merupakan satu-satunya pribumi yang berhasil masuk ke sekolah HBS di jaman Belanda, karena kepiawaiannya menulis. Tulisan Minke, banyak dimuat di surat kabar Belanda.

Kisah cinta Minke yang pribumi dengan Annelies Mellema (Mawar Eva) yang orang indo (blasteran), menjadi romansa dari film ini.

"Kasihan perempuan-perempuan Belanda itu, malu mereka atas kecantikan mu," potongan dialog romantis Minke dengan Annelies.

Film ini menampilkan ketegangan patriotik, yakni ketika Nyai Ontosoroh (Ibu Annelies) harus menjadi orang pribumi pertama yang bersidang melawan orang kulit putih lantaran tewasnya ayah Annelies, Tuan Herman Mellema, yang merupakan bangsawan kulit putih.

Status Ontosoroh yang tidak menikah resmi dengan Tuan Mellema, menjadi pembelajaran menarik soal perbudakan era kolonial Belanda.

"Apakah perbudakan Eropa, jauh lebih benar dari ikatan cinta yang jujur?" kutipan monolog film itu.

Pelajaran soal perbudakan masa lalu di era kolonial, menjadi bagian dari edukasi historis dalam 'Bumi Manusia'.

"Di usia kalian, saya membaca (Novel, red) 'Bumi Manusia' sambil sembunyi-sembunyi karena takut ditangkap polisi. Dan hari ini saya bersyukur sekali, kalian merayakan film ini," kata Hanung dengan nada haru saat rilis poster 'Bumi Manusia', Rabu (19/06/2019) lalu.***