DADANG merupakan satu diantara pria yang berprofesi sebagai badut lampu merah di Kota Pekanbaru, Riau. Pak Dadang -begitu ia akrab disapa- ternyata berasal Jombang, Jawa Timur. Namun, kini ia sudah menjadi warga Pekanbaru.

Menjadi Badut di lampu merah, ternyata Pak Dadang ini mendapat ide dari rekannya yang berada di Surabaya yang sudah lebih dahulu menjadi seorang Badut di Lampu merah Surabaya. Kemudian Pak Dadang pun ingin mencobanya di Pekanbaru.

Sebelum menghibur di lampu merah Jalan Riau, ternyata Pak Dadang awalnya menjadi Badut yang tempatnya berada di Jalan Kemuning.

“Dulu saya di Jalan Kemuning, Cuma semenjak Corona saya pindah kesini saja, dulu di Kemuning itu rame itu sebelum Corona. Saya juga sudah lama disitu, sudah sejak tahun 2017,” kata Pak Dadang, Minggu lalu (14/11/2021).

Namun, semenjak adanya Covid-19, Jalan Kemuning menjadi sepi, dan hal itu mengharuskan Pak Dadang untuk berpindah tempat, karena jika tetap berada di sana, pendapatan Pak Dadang hanya akan berkurang setiap harinya sebab sepi.

Sebelum menjadi Badut di lampu merah, Pak Dadang sempat menjual Siomay bersama istrinya, namun, dikarenakan Pak Dadang memiliki 3 anak yang bisa di bilang masih kecil-kecil, dan sulit untuk ditinggalkan, Pak Dadang dan istrinya pun berhenti berjualan siomay, dan Pak Dadang meminta istrinya untuk fokus saja mengurus dan mendidik anak-anaknya.

Ternyata, menjadi Badut di lampu merah bukanlah pekerjaan tetapnya. Pak Dadang tidak terlalu fokus juga pada pekerjaan menjadi badut ini sebab dia ada pekerjaan yang lainnya.

“Pagi saya bekerja menjadi asisten rumah tangga, bersih-bersih, setelah selesai baru saya kesini. Ya, daripada nganggurkan di rumah saja, untuk nambah-nambahin uang belanja untuk istri, saya menjadikan ini untuk pekerjaan sampingan saya."

“Tapi, saya punya itu teman di lampu merah dekat Politeknik, Rumbai itu, dia menjadi Badut juga di sana, namanya Rusdi, dan pekerjaan Badut ini adalah pekerjaan tetapnya. Ya, karena memang lapangan kerja tidak tersedia kan, dan jadi Badut adalah pekerjaan utamanya, dan gak ada pekerjaan lain ya. Nyari kerja kesana kemari katanya memang susah, tapi kalo kita berusaha pun, Insya Allah pasti dapetlah, istilahnya kan Badut ini tidak perlu terikat. Kalau bisa ya kita juga cari pekerjaan lain," ungkap Pak Dadang, Minggu lalu (14/11/2021).

Pak Dadang mendalami perannya menjadi seorang Badut, dia melakukan hal-hal lucu ketika di lampu merah, karena aksinya seperti itu, anak-anak yang sedang di lampu merah pun ikut senang melihatnya. Karna menghibur orang, Pak Dadang pun senang melakukan pekerjaan sebagai Badut ini. Sebenarnya, Pak Dadang pun ingin mengganti kostum Badutnya. Tetapi, ketika dia melihat harga kostumnya mahal-mahal di toko online, dia pun tidak memaksakan keinginannya itu dan tetap saja memakai kostum lamanya atau yang biasanya dia pakai.

“Ya, saya sempat pengen ganti kostum, karena kostum yang saya pakai ini pun saya sendiri yang buat, juga udah lama kostum ini, tapi pas saya lihat kostum badut di toko online mahal banget. Yaudalah saya pakai ini saja. Lagian anak kecil pun nanti takut kalau saya pakai kostum badut yang besar gitu," ungkap pak Dadang, Minggu lalu (14/11/2021).

Pak Dadang selalu mensyukuri berapapun yang dia dapatkan dalam bekerja sebagai Badut ini. Karena dia pun melakukan pekerjaan ini dengan senang hati, sebab, pekerjaan ini bisa menghibur hati orang banyak, dengan melihat Pak Dadang yang berdiri sambil melakukan aksinya di lampu merah, orang-orang tertawa melihatnya.

"Saya sih senang-senang aja ya ada Badut di lampu merah ini, saya juga merasa tidak terganggu, terlebih anak saya, anak saya suka melihat badut, jadi anak saya pun ikut senang, ya ketawa gitu pas liat badut itu," ungkap Rina pengendara mobil, Minggu (14/11/2021).

"Kita ini sama kayak jualan ya, serame-ramenya pun paling Rp90.000, kalau lagi sepi Rp40.000, karena waktunya singkat saya pun tidak fokus disini," tutur pak Dadang.

Ya, terlepas dari cerita Pak Dadang, dia melakukan pekerjaan itupun karena kurangnya lapangan kerja. Namun, daripada tidak ada kerja sama sekali, atau untuk menambah penghasilan untuk kehidupan sehari-hari, Pak Dadang pun melakukan pekerjaan itu dengan senang hati. Selagi ada usaha dan berusaha, rezeki itu pasti selalu ada. Penulis: Putri Desinta, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Abdurrab Pekanbaru, Riau.