PEKANBARU - Korban investasi bodong semakin hari semakin ramai. Kali ini berasal dari Riau. Mereka mendatangi kantor Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau, Sabtu (22/2/2020) karena merasa teripu investasi bodong berkedok ''sapi perah''.

Dalam aksinya, para korban menyebutkan kalau anggota investasi ini diperkirakan 1.260 orang dengan nilai investasi yang berbeda-beda. Kedatangan mereka juga didampingi kuasa hukum warga, Polman Sinaga.

Kuasa Hukum warga, Polman Sinaga menjelaskan, dugaan investasi bodong ini, sudah berjalan sejak tahun 2017 lalu. Dan hari ini, sejumlah warga sepakat untuk membuat laporan ke polisi. ''Kepada Polda Riau, tolong diusut tuntas, supaya hukum dan keadilan bisa dirasakan masyarakat yang kurang mampu,'' ucap Polman.

Lanjut dia, ada pun nama investasi ini adalah investasi sapi perah. Polanya, para korban diminta menginvestasikan sejumlah uang, tapi ternyata, sapi yang dijanjikan tidak pernah ada. Untuk satu paket investasi, nilai minimalnya sekitar Rp17 juta, ada pula yang lebih dari itu.

''Ada banyak yang investasi. Ada yang 150 paket, nilainya sampai ratusan juta. Korbannya masyarakat Desa Sumber Makmur, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar,'' jelasnnya. Menurut Polman, jumlah korban investasi ini, lebih kurang 1.260 orang.

''Keuntungan yang dijanjikan, akan dapat Rp2,5 juta (perpaket). Persoalan sekarang, CV mereka sudah tidak ada alas hak, sudah dihapuskan oleh Satgas OJK," sebut Polman.

Sementara itu, seorang warga bernama Joko Yulianto yang mengaku turut menjadi korban investasi ini, menuntut agar uang yang sudah ia setorkan, dikembalikan lagi. ''Karena banyak juga dari kami yang jual kebun, pinjam ke bank,'' urainya.

Joko pun ketika diwawancarai, membeberkan sejumlah nama yang diduga menerima setoran uang warga. ''Tolong uang kami kembalikan, kami setorkan kepada AP (inisial) R (inisial) HR (inisial),'' ujarnya.

Dipaparkan Joko, awalnya orang-orang dari salah satu perusahaan itu, datang ke rumah-rumah warga. Mereka pun membujuk warga agar mau berinvestasi ke perusahaan mereka. ''Awal-awal memang ada profitnya, sampai banyak yang tergiur dan ikut. Sampai Februari ini, sudah tidak ada (profit) lagi, sudah tidak ada kepastian lagi,'' akunya.

Hal senada juga disampaikan warga bernama Mugiono. Warga Rohul ini, ikut ke dalam investasi tersebut dan sudah menyetor uang seratusan juta rupiah. ''Saya 6 paket. 2 paket bulan Desember 2018, 1 paket bulan September 2019 dan 3 paket lagi Januari 2020. Yang terakhir ini belum terima profit,'' bebernya.

Dia mengaku cukup tergiur, karena saat awal investasi, beberapa kali setelah itu dia sempat menerima profit arh keuntungan. Namun nyatanya, saat ini uang milik Mugiono yang sudah disetorkan, tak jelas keberadaannya. ''Saya inginnya investasi saya bisa dikembali," ujarnya.

Warga lainnya yang juga bernasib sama adalah Desi. Bahkan tak tanggung-tanggung, dia menyetorkan uang senilai setengah miliar lebih. ''Saya Rp519 juta, ikut bergabung 6 paket sudah berjalan 1 tahun lebih. Bergabung yang 21 paket baru, belum ada dapat profit, baru bulan 12 kemaren. Ternyata sudah tutup (perusahaannya),'' jelasnya. ***