SELATPANJANG - Ampas sagu yang kerap dibuang kedalam sungai atau yang biasa disebut Repu, apabila diolah dengan benar bisa menjadi salah satu alternatif pakan ternak yang bernutrisi.

Hal ini dibuktikan oleh kelompok Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang berada di Desa Mekar Sari, Kecamatan Merbau, Kepulauan Meranti. Mereka berhasil membuat inovasi mengolah Repu menjadi Pellet dan Tepung Pur untuk pakan ternak khususnya unggas.

Ketua PPL Desa Mekar Sari Kecamatan Merbau, Junaidi Asira mengatakan ide pembuatan pakan ternak dari Repu muncul karena keinginannya untuk membantu masyarakat dalam menyediakan alternatif pakan ternak dan melihat makin menumpuknya limbah dari industri sagu itu.

Menurutnya dengan begitu, volume limbah bisa ditekan lewat pengolahan yang produktif. Tak cuma itu, dampak positif lainnya adalah bisa menjadi peluang usaha dan menyerap tenaga kerja.

Untuk mengolah menjadi pakan ternak, Junaidi menjelaskan, terlebih dahulu Repu tersebut di tiriskan untuk mengurangi kadar air. Selanjutnya bahan baku itu dicampur dengan ikan rucah lalu digiling menggunakan mesin.

Dikatakan dengan memanfaatkan limbah menjadi pakan ternak bisa menekan hampir 60 persen kebutuhan pakan bagi para peternak ayam.

"Pemanfaatan limbah sagu ini sangat menguntungkan bagi peternak ayam yakni bisa memenuhi 60 persen kebutuhan pakannya. Padahal kita punya potensi sagu yang melimpah dan limbah yang tidak terurai dan menumpuk di sungai," kata Junaidi.

Junaidi menambahkan, untuk mengolah pakan ternak dari limbah sagu itu pihaknya telah mendapatkan mesin dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau, sebelumnya dia bekerja secara manual.

"Pembuatan pakan ternak dari Repu ini sudah sejak lama diajarkan oleh orang tua. Berawal dari situ kami mengajukan inovasi ini ke BPTP, respon mereka sangat bagus, sehingga kita diberi fasilitas berupa mesin pengolah sejak pertengahan 2019 lalu" ungkap Junaidi.

Dikatakan, saat ini pakan ternak dari Repu itu sudah masuk kedalam penelitian BPTP. Dimana ada campuran organik lainnya dengan takaran tertentu seperti dicampur dengan kulit kopi, jagung, dan pakan boiler, selain itu Repu harus difermentasi terlebih dahulu.

"Jika dari hasil penelitian BPTP ada campuran organik lainnya. Namun yang kami buat adalah Repu non fermentasi 10 kg dicampur ikan rucah sebanyak 1 kg, itu saja unggas seperti ayam dan itik sudah lahap memakannya," kata Junaidi.

Untuk harga, ketua PPL ini mengatakan harganya jauh lebih murah dari harga pakan yang dijual.

"Jika hitungan kami, harga pakan yang kami buat sangat murah dengan harga pakan yang dijual di pasaran. Modal hanya Rp1.800 dan harga jual bisa Rp3000. Jika dibandingkan dengan jagung untuk pakan harganya Rp8 ribu apalagi Pur yang harganya Rp9 ribu perkilogram," pungkasnya.***