''DATA adalah jenis kekayaan baru bangsa kita. Kini data lebih berharga dari minyak. Oleh karena itu, kedaulatan data harus diwujudkan''. Demikian pernyataan Presiden RI Joko Widodo dalam pidato kenegaraan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat diartikan bahwa keberadaan data sangatlah penting dan berharga.

Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai penyedia data statistik berkualitas, ditugaskan untuk melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik, sesuai Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007. BPS berperan dalam penyediaan data statistik, untuk menghasilkan data yang mempunyai kebenaran akurat dan menggambarkan keadaan yang sebenarnya.

Data menjadi penentu pengambilan keputusan untuk merancang program pembangunan. Terlebih sejak masa pandemi Covid-19 ini, peran data dan informasi terkait menjadi sangat penting dalam pengambilan kebijakan, terutama dalam upaya pemulihan kondisi perekonomian serta aspek sosial.

Roda perekonomian harus terus berjalan walau di tengah pandemi. Guncangan pandemi Covid-19 yang belum berakhir, berdampak pada kondisi perekonomian hampir di seluruh wilayah, tak terkecuali di Riau. Salah satu indikatornya adalah pertumbuhan ekonomi Riau.

Pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2020 mengalami kontraksi (turun) 1,12 persen, bahkan perekonomian Riau sempat mengalami kontraksi terdalam pada periode triwulan II 2020, yakni sebesar 3,32 persen.

Memasuki periode triwulan II 2022, kondisi ekonomi Riau semakin membaik, terbukti dengan angka pertumbuhan ekonomi Riau sebesar 4,88 persen. Angka ini mencerminkan kondisi perekonomian yang cukup stabil melewati masa pandemi yang mencekam.

Selain itu, angka pertumbuhan ekonomi saat ini menjadi perbincangan hangat di berbagai lapisan masyarakat. Betapa tidak, angka ini menggambarkan kenaikan dibanding periode triwulan I 2022, yakni sebesar 4,72 persen. Namun, apakah besaran angka ini sudah menggambarkan pemulihan ekonomi Riau secara menyeluruh?

Mengukur Pertumbuhan Ekonomi

BPS mengukur pertumbuhan ekonomi dengan perumusan penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan serta pendekatan pengeluaran.

Formula penghitungan PDRB dengan pendekatan produksi adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah pada periode waktu tertentu, ditambah pajak atas produk neto (pajak kurang subsidi atas produk).

Lain halnya dengan penghitungan pendekatan pendapatan, yakni jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara pada periode waktu tertentu.

Lalu penghitungan PDRB dengan pendekatan pengeluaran merupakan perkiraan dari jumlah seluruh komponen permintaan akhir (pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor)).

Penghitungan PDRB dari sisi yang berbeda ini mencakup perbedaan metode. Perbedaan ini dimaksudkan untuk memastikan konsistensi dan kelengkapan dalam membuat estimasi, mengontrol kelayakan estimasi, dan dapat memberikan manfaat lebih dalam melakukan analisis PDRB.

Pendekatan produksi, pendapatan, ataupun pengeluaran akan menghasilkan nilai yang sama. Hal ini disebabkan apa yang diproduksi oleh suatu ekonomi sama dengan apa yang digunakan dalam perekonomian tersebut. Pengitungan PDRB yang digunakan untuk wilayah-wilayah di Indonesia, dihitung menurut dua pendekatan, yaitu produksi dan pengeluaran. Setelah mendapatkan nilai PDRB, dihitunglah angka pertumbuhan ekonomi di tiap periode yang bersangkutan.

Memaknai 4,88 Persen

Menjelang hari ulang tahun (HUT) ke-65 Provinsi Riau, BPS Provinsi Riau merilis angka pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau triwulan II 2022 dengan besaran 4,88 persen. Bahkan secara spasial, nilai PDRB Riau pada periode triwulan II 2022 ini, masuk dalam jajaran top lima besar terhadap total nilai PDRB seluruh provinsi di Indonesia.

Tidak hanya itu, nilai PDRB Riau tersebut merupakan posisi puncak di provinsi luar Pulau jawa. Artinya, nilai PDRB Riau tersebut menjadi nilai PDRB terbesar di Pulau Sumatra. Kontribusi PDRB Provinsi Riau terhadap total PDRB seluruh provinsi di Indonesia sebesar 5,22 persen. Tumbuh positif pada kondisi ekonomi Riau triwulan II 2022, terjadi karena beberapa hal, antara lain meningkatnya konsumsi rumah tangga dengan adanya momentum Ramadhan dan Idul Fitri, dimana pengeluaran rumah tangga tentunya mengalami kenaikan yang cukup besar.

Selain itu, dengan masih tingginya harga sawit bila dibanding periode yang sama pada tahun lalu serta dengan adanya kebijakan kelonggaran mudik lebaran dan pengajaran tatap muka, juga membantu mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga.

Dapat dikatakan, adanya momen ini mendorong akselerasi daya beli masyarakat, secara otomatis terjadi pula peningkatan pada produktivitas. Hal ini berdampak pada peningkatan penjualan ritel/perdagangan eceran serta pembelian kendaraan pribadi yang naik signifikan sejalan perpanjangan relaksasi PPnBM.

Terlebih lagi berdasarkan analisis Google Mobility Report, peningkatan aktivitas masyarakat di pasar sudah berada pada kondisi normal. Sumber pertumbuhan lainnya yakni adanya pembelanjaan modal pada triwulan II 2022 ini, tergambar bahwa bergeraknya pembangunan di Provinsi Riau.

Bila dibandingkan dengan kondisi triwulan I 2022, dimana pada saat itu juga terjadi pertumbuhan ekonomi Riau sebesar 4,72 persen yang disebabkan adanya kenaikan harga sawit yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat Riau sehingga daya beli masyarakat pun ikut meningkat. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Riau berusaha pada perkebunan sawit.

Namun, pada periode triwulan II ini di mana harga sawit mengalami penurunan bila dibandingkan kondisi triwulan I 2021, tetap dapat menggerakan daya beli masyarakat. Untuk itulah perlunya strategi-strategi perekonomian dalam menjaga tingkat daya beli masyarakat Riau.

Secara umum, perekonomian Riau telah menunjukkan perbaikan pasca pandemi yang mengganas . Hal ini terkonfirmasi dari angka pengangguran yang berkurang 24,57 ribu orang pada Februari 2022 (dibanding Februari 2021). Demikian juga dengan penduduk miskin yang berkurang 15,78 ribu orang pada Maret 2022 (dibanding Maret 2021).

Berharap bahwa ekonomi diakui tumbuh jika semua orang memperoleh pekerjaan yang layak, meningkatnya pendapatan penduduk, dan menurunnya kemiskinan secara drastis adalah hal yang wajar dan memang itulah yang dicita-citakan.

Bahkan, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mencantumkan dalam tujuan pembangunan berkelanjutan/SGDs yang kedelapan, yaitu mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, inklusif dan berkelanjutan, pekerjaan penuh dan produktif, dan pekerjaan yang layak untuk semua. Untuk menuju cita-cita tersebut, tentu diperlukan pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus dan berkelanjutan.

Gambaran tumbuhnya ekonomi Riau triwulan II 2022 ini, tentunya merupakan kabar gembira, karena adanya pergerakan perekonomian pada wilayah domestik Riau, perputaran ekonomi masyarakat Riau telah menggeliat kembali pasca pandemi menyerang. Sehingga diharapkan peran pemerintah untuk berkomitmen secara konsisten untuk memacu kinerja sektor perekonomian lainnya agar terus mendorong roda pergerakan perekonomian masyarakat Riau.

Pijakan Kebijakan

Memaknai data statistik bukan sekedar melihat besaran angka. Konsep, defenisi serta metode penghitungan menjadi dasar memaknai setiap angka yang dihasilkan. Ketika besaran perekonomian Riau cukup tinggi, apakah dapat dinyatakan langsung bahwa perekonomian kerakyatan sudah benar-benar pulih? Apakah dengan angka yang cukup tinggi tersebut berdampak langsung bagi roda ekonomi masyarakat?

Berbagai upaya peningkatan pergerakan ekonomi, terutama pergerakan perekonomian kerakyatan, akan lebih efektif jika program-program yang dirancang dapat berdampak langsung bagi rakyat, menyusun kebijakan percepatan kinerja di luar kegiatan ekspor.

Program kebijakan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan daya beli masyarakat sangat perlu untuk diterapkan, mengingat konsumsi rumah tangga merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi bagi Provinsi Riau. Menjaga daya beli berarti menjaga konsumsi rumah tangga dalam mempertahankan perekonomian regional bahkan perekonomian nasional.

Strategi meningkatkan daya beli masyarakat adalah dengan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi agar pendapatan penduduk meningkat dan mengendalikan kenaikan harga barang/jasa. Terlebih harga bahan makanan pokok yang menjadi pengeluaran terbesar bagi penduduk miskin.

Selain itu, pemerintah juga dapat mendorong kinerja sektor unggulan lainnya, karena bila hanya bertumpu pada konsumsi rumah tangga tidak selamanya bisa dilakukan, ketika pendapatan tetap atau berkurang maka pengeluaran juga akan tertahan bahkan menurun.

Mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru dengan meningkatkan ekspor dan membuka keran investasi akan menjadi solusi bagi peningkatan ekonomi. Di sisi lain, memaknai data dengan baik menjadi salah satu kunci percepatan pembangunan serta menjadi sesuatu yang menarik untuk dipahami.

Data mencerdaskan bangsa.***

- Tahniah 65 Tahun Provinsi Riau.

Nelayesiana Bachtiar, SST, MM adalah statistisi muda BPS Riau.