NEGEV – Arkeolog Israel menemukan masjid kuno yang diperkirakan berusia 1.200 tahun di selatan wilayah Palestina.

Masjid kuno yang berada di daerah pendudukan Israel itu disebut para pakar berasal dari masa transisi kawasan itu dari Kristen ke Islam.

Dikutip dari Republika.co.id yang melansir the New Arab, Rabu (22/6/2022), otoritas Benda Purbakala Israel dalam sebuah pernyataan mengatakan masjid ditemukan selama pekerjaan membangun lingkungan baru di kota Rahat, Badui, Palestina.

Masjid yang terletak di gurun Negev (juga disebut Naqab dalam bahasa Arab) berisi ruang persegi dan dinding yang menghadap ke arah Makkah. Ceruk setengah lingkaran ada pada dinding yang mengarah ke selatan. 

''Fitur arsitektur unik ini menunjukkan bangunan itu digunakan sebagai masjid,'' kata pihak berwenang, mencatat itu mungkin menampung beberapa puluh jamaah sekaligus.

Tidak jauh dari masjid, sebuah bangunan mewah juga ditemukan dengan sisa-sisa peralatan makan dan artefak kaca yang menunjukkan kekayaan penghuninya. Tiga tahun lalu, pihak berwenang menemukan masjid lain di dekatnya dari era yang sama pada abad ketujuh hingga kedelapan Masehi.

Pihak berwenang menyebut dua tempat ibadah Islam itu di antara yang paling awal dikenal di seluruh dunia. ''Masjid-masjid, perkebunan, dan rumah-rumah lain yang ditemukan di dekatnya menerangi proses sejarah yang terjadi di Negev Utara dengan pengenalan agama baru, agama Islam, dan pemerintahan dan budaya baru di wilayah tersebut,'' kata otoritas tersebut.

''Ini secara bertahap dibangun mewarisi pemerintah Bizantium sebelumnya dan agama Kristen yang memegang kekuasaan atas tanah selama ratusan tahun,'' ujar lembaga itu. 

Penaklukkan Muslim di wilayah itu terjadi pada paruh pertama abad ketujuh. Lembaga itu, IAA mengatakan masjid-masjid yang ditemukan di Rahat akan dipertahankan di lokasi mereka saat ini, baik sebagai monumen bersejarah atau sebagai tempat shalat yang aktif.

Gambar yang diambil dari masjid yang baru dibuka menunjukkan pekerja Palestina berdoa di dalam struktur. Gurun Negev adalah rumah bagi lebih dari 300 ribu orang Badui Palestina, yang sangat terpinggirkan dan merupakan minoritas termiskin di Israel.

Israel telah lama menerapkan kebijakan untuk menetap dan memusatkan komunitas ini di beberapa kota yang dibangun negara. Sementara banyak Badui setuju tinggal di kota-kota ini, yang lain terus tinggal di desa bersejarah mereka dan mengolah tanah leluhur mereka.

Israel menganggap tanah leluhur mereka Israel sebagai milik negara karena komunitas Badui diambil alih pada saat penciptaan Israel atau mereka gagal untuk mendaftarkan perbuatan mereka dengan otoritas baru. Desa-desa ini tidak diakui oleh pemerintah Israel dan tidak memiliki layanan dasar, baik itu jalan raya, listrik, air, atau sekolah.***