JAKARTA - Tak ada yang menduga, K.S Henri Indrayani Oka yang tercatat sebagai juri menembak yang bakal bertugas di Olimpiade Tokyo 2020 itu adalah lulusan S-1 fakultas Teknik Nuklir/Teknik Fisika Universitas Gajahmada (UGM).

Namun, kehadiran pria kelahiran Jembrana, Bali, 4 Januari 1979 di olahraga menembak Indonesia patut dibanggakan. Sama halnya dengan petembak putri Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba, Jika Vika, panggilan akrab Vidya Rafika Rahmatan Toyyiba mencatat sejarah sebagai petembak Indonesia yang pertama yang lolos ke Olimpiade melalui babak kualifikasi, K.S Hendri Indrayani Oka juga mencatat sejarah sebagai juri menembak pertama Indonesia yang bertugas di Olimpiade.

"Dilihat dari pendidikan saya memang bertolak belakang dengan karir yang saya tekuni saat ini. Tetapi, saya lebih enjoy kok menekuni olahraga menembak. Apalagi, saya sudah mencatat sejarah sebagai juri menembak pertama dari Indonesia yang tampil Olimpiade. Di Olimpiade Tokyo 2020 inilah tugas pertama saya. Dan, saya berharap bisa bertugas di Paralympic maupun Olimpiade berikutnya karena juri menembak itu kan tidak ada batasan umur," kata K.S Henri Indayani Oka dalam perbincangan dengan Gonews.co Group, Jumat (16/7/2021) malam.

Tadinya, Henri Oka panggilan akrab K.S Henri Indayani Oka mengaku sempat mendapat tawaran untuk bekerja di salah satu perusahaan di Belgia setelah lulus dari UGM. Namun, dia mengurungkan niatnya karena lebih memilih merawat ayahnya yang mengalami stroke.

"Tadinya, saya sempat dapat tawaran untuk bekerja di Belgia. Tetapi, tawaran itu saya tolak katena harus merawat ayah yang kena stroke," jelas Henri Oka yang juga menekuni bisnis peralatan olahraga.

Seiring dengan waktu, Henri Oka mulai terserat ke olahraga menembak saat ditawarkan menjabat sebagai Ketua Harian Pengcab Perbakin Jembrana. Tugasnya, membenahi organisasi. Dari situ, Henri Oka mulai menekuni olahraga menembak dengan mengikuti penataran pelatih. Hasilnya, dia bukan hanya mengantongi lisensi pelatih nasional tetapi juga lisensi pelatih Asian Shooting Confederation (ASC).

Kemudian, ayah Lio Oka ini kembali mencoba melebarkan sayap dengan menekuni karir sebagai juri. Di sini, dia kembali mencatat prestasi dengan meraih lisensi juri internasional International Shooting Sport Federation (ISSF). Lisensi juri ISSF Class A untuk senapan, pistol dan shotgun telah diraihnya selain sertifikasi wasit ISSF untuk Shotgun, ISSF Championship Organizer, dan ISSF Judges Instructor. 

Keinginan suami Yenny lebih menekuni profesi juri bukan hanya untuk bisa mensosialisasikan regulasi pertandingan. Namun, dia ingin seluruh atlet memahami regulasi internasional yang dapat mendorong prestasinya.
 
“Atlet yang baik harus didampingi oleh pelatih yang tepat agar lebih terarah dalam mencapai goals mereka, tetapi juga harus didukung oleh juri yang paham dengan regulasi sehingga atlet sudah terbiasa dengan regulasi pertandingan level internasional,” jelas Henri Oka yang sudah merasakan keliling dunia dengan profesinya tersebut.
 
“Jangan sampai atlet yang hebat gugur karena iklim pertandingan yang mereka ikuti berbeda dengan kejuaraan di atasnya, dan karena kurangnya pemahaman regulasi. Kalau di cabang olahraga menembak itu setiap 4 tahun sekali regulasi berubah (setelah Olimpiade) dan di antara itu banyak penyempurnaan,” tambahnya. ***