JAKARTA - Nama Rahmat Erwin Abdullah masuk daftar lima lifter angkat besi yang memperkuat Kontingen Indonesia. Dibalik kesuksesannya menembus jajaran atlet elit, perjalanan peraih medali emas kelas 73kg SEA Games Filipina ini sungguh mengenaskan.

Ayah Rahmat Erwin Abdullah, Erwin Abdullah menguak kisah pilu perjalanan anak semata wayangnya dari hasil pernikahannya dengan mantan lifter nasional, Ami AB. Pahit getir mereka alami untuk menjadikan Rahmat Erwin Abdullah sebagai lifter nasional.
Rahmat yang lahir di Makassar, Sulawesi Selatan, 13 Oktober 2000 ini mulai berlatih angkat besi sejak usia 8 tahun dengan peralatan minim. Saat itu, kata Erwin Abdullah, ada tiga lifter yang dididiknya di salah satu ruangan Stadion Mattoangin, Makassar, Sulsel.

Meski berlatih di ruangan bekas kamar mandi, jelas Erwin, dirinya melatih Rahmat dengan beberapa temannya. Seiring berjalannya waktu satu persatu kawannya mundur teratur. Hanya tinggal Rahmat dan Aqib dan Ari. Ketiganya tetap berlatih dengan segala kondisi ruangan yang tidak memadai termasuk tanpa fasilitas listrik dari pengelola Stadion Mattoangin.

"Saat itu, kami selaku orang tua terpaksa mengakalinya dengan memasang lampung strongking (lampu yang biasa dipakai nelayan ke laut) jika latihan sampai malam hari," jelasnya.

Suka duka dan pahit getirnya dirasakan Erwin Abdullah dalam membina ketiganya. Belum lagi dengan kondisi peralatan yang sangat sederhana dan memprihatinkan.
"Kami benar-benar mandiri dengan suka dukanya yang luar biasa. Seperti saat mengirimkan mereka ke kejuaraan dimana terpaksa harus merogoh kocek para orang tua. Pengeluaran semakin bertambah tatkala ada di antara mereka yang mengalami cedera," ujarnya.

Meski dengan segala keterbatasan, Rahmat Erwin Abdullah dan Ami AB terus memberikan semangat anak semata wayangnya dengan menceritakan pengalaman mereka saat menjadi lifter angkat besi untuk membela Merah Putih.

Erwin Abdullah menceritakan tentang kesuksesannya mengoleksi empat medali emas SEA Games, meraih perak Kejuaraan Asia di Bhusan, Korea Selatan 1995. Kemudian, meraih perunggu pada Kejuaraan Dunia di Turki 1994 dan sukses menembus Olimpiade Athena 2004 meski gagal tampil karena dibalut cedera punggung. Begitu juga Ami AB menceritakan kesuksesaannya mengoleksi medali emas SEA Games Chiangmai 1995, SEA Games Jakarta 1997 dan meraih perak pada Kejuaraan Asia di Bhusan 2002.

Rahmat Erwin Abdullah bersama kedua orang tuanya. 

"Saya dan istri selalu menceritakan pengalaman-pengalaman manis saat menjalani pelatnas dan tampil pada kejuaraan di berbagai negara. Semua itu, kami lakukan karena kecintaan kami terhadap olahraga angkat besi. Sebab, kami tidak ingin Rahmat putus asa melihat kondisi tempat latihan dengan peralatan minim. Dan, kami ingin dia mau mengikuti jejak kedua orang tuanya sebagai lifter angkat besi yang sukses," ujar Erwin Abdullah.

Yang membuat Erwin Abdullah dan istrinya semakin bersemangat melatih adalah tekad anaknya yang ingin naik podium mengibarkan Merah Putih pada setiap kejuaraan internasional yang diikutinya.

Akhirnya perjuangan keras mereka terbayarkan tatkala Rahmat Erwin Abdullah dipanggil PB PABSI untuk menjalani pelatnas angkat besi Asian Games 2018 dan SEA Games Filipina 2019. Hasilnya, Rahmat sukses meraih medali emas di SEA Games Filipina 2019 dan meraih tiket ke Olimpiade Tokyo 2021.

"Alhamdulillah perjuangan keras saya dan istri akhirnya membuahkan hasil. Rahmat bukan hanya sukses meraih emas pada SEA Games Filipina 2019 tetapi juga meraih tiket ke Olimpiade Tokyo 2021. Dan, saya akan terus melatihnya sehingga Rahmat bisa meraih hasil maksismal saat tampil di Tokyo nanti," ujar Erwin Abdullah.

Di balik kegembiraan itu, Erwin Abdullah masih menyimpan kesedihan tatkala kembali mengingat tempat latihan Rahmat yang tanpa penerangan listrik.

"Kini, tempat latihan yang berada di bawah tribun luar penonton itu hanya tinggal kenangan. Yang lebih menyedihkan lagi, kami sudah tidak lagi memiliki lagi tempat lathan sampai sekarang karena pengelola Stadion Mattoangin Makassar yang melakukan renovasi tidak memberikan penggantinya. Begitu juga pemerintah daerah pun nggak mau memberikan tempat latihan pengganti," jelasnya.

"Saat renovasi Stadion Mattoangin itu saya hanya bisa menyimpan peralatan bantuan dari PB PABBSI tahun 2015 yaitu satu set barbel Eleiko di rumah. Peralatan itulah yang digunakan Rahmat dan kawan-kawannya sampai sekarang. Dan, saya harus mengamankan peralatan itu karena saya telah menandatangani surat perjanjian yang menyebutkan jika tidak ada aktivitas berlatih maka barbel tersebut harus dikembalikan pada PB PABSI," tambahnya.

Cabang olahraga (cabor) angkat besi merupakan cabor andalan yang tidak pernah absen menyumbangkan medali dari mulai Olimpiade Sydney 2000 hingga Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Bahkan, cabor angkat besi menjadi penyelamat Kontingen Indonesia ketika cabang bulutangkis gagal meraih medali pada Olimpiade London 2012. Saat itu, Eko Yuli Irawan menyumbangkan medali perunggu dan Triyatno meraih medali perak.

Di Olimpiade Tokyo 2021, lima lifter angkat besi yang sudah tercatat memperkuat Kontingen Indonesia. Yakni, Eko Yuli Irawan, Deni, Rahmat Erwin Abdullah, Windy Cantika Aisah, dan Nurul Akmal.

"Dari lima lifter angkat besi yang berangkat ke Tokyo memperkuat Kontingen Indonesia hanya Rahmat saja yang tidak punya tempat latihan," tandas Erwin Abdullah. ***