PEKANBARU - Salah satu faktor yang dicermati investor dalam berinvestasi di tahun 2021 adalah inflasi. Kenaikan inflasi yang tinggi menjadi risiko bagi aset-aset keuangan dan membuat emas kembali dilirik. Seperti yang sudah diketahui bersama, inflasi merupakan fenomena ekonomi yang terjadi ketika harga barang dan jasa mengalami kenaikan.

Inflasi yang rendah dan terkendali bagus untuk perekonomian. Namun jika terlalu rendah atau bahkan deflasi dampaknya akan buruk. Begitu juga sebaliknya pada kasus inflasi.

Pandemi Covid-19 yang berbuntut pada rusaknya rantai pasok global membuat inflasi naik tinggi. Amerika Serikat (AS) menjadi bukti nyatanya.

Pada Oktober lalu, Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 6,2% year on year (yoy) dan menjadi level tertinggi sepanjang 2021 bahkan menjadi kenaikan tertinggi dalam 3 dekade terakhir.

Perdebatan soal apakah inflasi bersifat sementara (transitory) atau cenderung persisten terus bergulir di kalangan pelaku pasar, pemangku kebijakan hingga para ekonom.

The Fed yang melihat inflasi Paman Sam konsisten mencatatkan kenaikan sejak awal tahun langsung memutuskan untuk melakukan tapering.

Tren serapan lapangan kerja yang terus membaik dan inflasi yang tinggi bahkan dikabarkan membuat the Fed akan mempercepat proses tapering.

Namun tapering tahun ini berbeda dengan tahun 2013 silam karena saat itu tapering diikuti dengan kemerosotan harga emas dunia.

Kali ini hal tersebut tidak terjadi, harga emas memang cenderung menurun dari level US$ 2.000 yang sempat disentuh Agustus tahun lalu, tapi masih tetap berada di atas level sebelum pandemi.

Dalam sepekan terakhir harga emas naik tipis 0,56% ke level US$ 1.783,74/troy ons di tengah adanya sentimen varian Covid-19 Omicron.

Banyak analis yang sepakat bahwa jika inflasi terus 'membandel' maka harga emas masih bisa terungkit naik tahun depan.

Damien Courvalin analis Goldman Sachs memperkirakan harga emas berpeluang menguat ke level US$ 2.000/troy ons di kuartal pertama tahun 2022. Selanjutnya harga emas akan bergerak mengikuti perkembangan inflasi.

Senada dengan Courvalin, para analis dari Societe General juga menaikkan perkiraan harga emas mereka menjadi US$ 1.950/troy ons pada kuartal I-2022 dan baru melandai di kuartal terakhir ke level US$ 1.700/troy ons.

Dari ramalan-ramalan yang ada juga mengindikasikan bahwa emas masih dianggap sebagai aset lindung nilai yang baik saat inflasi tinggi melanda. ***