SELATPANJANG - Wisata hutan mangrove yang berada di Dusun II Desa Banglas Kecamatan Tebingtinggi menjadi salah satu destinasi wisata baru di kota sagu. Objek wisata ini secara resmi diresmikan oleh Bupati Kepulauan Meranti, Drs H Irwan MS.i, bersama Ketua DPRD Propinsi Riau, Indra H Gunawan Eet, Selasa (19/11/2019).

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Sekretaris Daerah Kepulauan Meranti, H Yulian Norwis, Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Taufiq Lukman Nurhidayat SIk, Danramil 02 Tebingtinggi, Mayor Inf Irwan, Kasatpol PP Meranti, Helfandi, kepala OPD terkait, Camat Tebingtinggi, Abdul Hamid dan Kepala Desa Banglas, Samsurizal.

Objek wisata yang terletak di desa Banglas ini menawarkan view menarik untuk selfi dan menawarkan pemandangan panorama laut dan hijaunya hutan mangrove.

Bupati Kepulauan Meranti mengapresiasi kepala desa dan aparatnya dalam memanfaatkan alam menjadi destinasi wisata.

"Saya atas nama pemerintah daerah memberi penghargaan yang sebesar-besarnya kepada seluruh yang terlibat dalam pengelolaan tempat wisata. Ini terobosan yang luar biasa, dan suatu kreatifitas yang patut diapresiasi dan ini perlu didukung bersama. Dan ini akan menjadi wisata baru bagi warga Kepulauan Meranti, Kota Selatpanjang Khususnya," kata Irwan.

Dikatakan Bupati Irwan, alam di Kepulauan Meranti tidak mendukung untuk dibangun sebagai kawasan destinasi wisata, namun dengan kemauan dan kerja keras, maka hal itu bisa dilakukan.

"Kedepannya kita harus lebih semangat untuk pengembangan kawasan pariwisata ini. Kalau ditempat kita sebenarnya tidak cocok untuk dibangun tempat pariwisata karena alamnya tidak mendukung. Namun karena ini dibangun dengan kemauan dan kerja keras, maka ini bisa dilakukan. Walau alam kita tidak indah, bukan berarti kita berhenti untuk membangun kampung kita ini," ujar bupati.

Ketua DPRD Propinsi Riau, Indra H Gunawan Eet, dalam sambutannya mengatakan untuk saat ini belum bisa menganggarkan tempat pariwisata melalui APBD Propinsi Riau, namun kedepannya dia berjanji akan menganggarkannya.

"Untuk saat ini propinsi belum bisa menganggarkan, karena dalam masa transisi. Namun kedepannya akan saya usahakan untuk wisata mangrove ini dimasukkan dalam penganggaran," ujarnya.

Terhadap keberlanjutan program ekowisata mangrove ini, Ketua DPRD Propinsi Riau berjanji akan membawa kepala desa untuk bertemu dengan Dirjen kehutanan.

"Untuk keberlanjutan terhadap mangrove ini nanti saya ajak kepala desa dan camat untuk bertemu Dirjen, biaya keberangkatan nanti saya tanggung semua," kata Eet.

Sementara itu, Kepala Desa Banglas, Samsurizal, mengatakan tercetusnya destinasi wisata mengrove ini ketika dia bersama kepala desa lainnya di Kepulauan Meranti melakukan studi banding ke Desa Ponggok, Jawa Tengah beberapa waktu lalu.

"Ide awal tercetusnya ide destinasi wisata mangrove ini ketika saya bersama kepala desa lainnya melakukan studi banding ke Desa Ponggok. Kami yakin dan percaya jika ada kemauan pasti ini bisa berhasil," kata Samsurizal.

Dikatakannya, pembangunan jembatan sepanjang 300 meter itu dianggarkan melalui anggaran dana desa sebesar Rp381 juta lebih.

Untuk pembangunannya, pihak desa memberdayakan masyarakat yang bekerja sebagai tukang. Untuk pengelolaannya akan dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan diawasi oleh BUMDes.

"Dalam pengerjaannya, kita melibatkan masyarakat dan untuk pengelolaannya akan di kelola oleh Pokdarwis Destinasi Banglas dengan biaya masuk itu nantinya Rp3000 perorang dan sambil berjalan kita menyiapkan berbagai panganan dan kuliner disini. Untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada masyarakat yang telah mendukung ini semua," pungkasnya.***