PEKANBARU- Masyarakat di pinggiran Sungai Siak, Kecamatan Rumbai Pesisir, Pekanbaru, diperkenalkan dengan budidaya Maggot yang dapat mengurangi menumpuknya sampah organik dan memiliki harga ekonomi yang cukup tinggi oleh Ditpolairud Polda Riau.

Selain menjalani tugas sebagai penjaga keamanan di perairan Riau, Dirpolairud Polda Riau, Kombes Pol Badaruddin juga merangkul masyarakat di sekitar Kantor Ditpolairud Polda Riau untuk mengelola sampah organik menjadi rupiah dengan cara memelihara maggot atau larva black soldier flies (BSF) yang akan digunakan sebagai bahan pakan sumber protein untuk ternak tanpa biaya dan ramah lingkungan.

Pantauan GoRiau dilapangan, puluhan masyarakat Rumbai berdatangan ke lokasi pelatihan yang disediakan oleh Ditpolairud Polda Riau di pinggir Sungai Siak pada hari Rabu (5/2/2020) siang.

Pelatihan budidaya Maggot itu dilakukan langsung oleh Direktue Polairud Polda Riau, Kombes Pol Badaruddin. Tampak Badaruddin menjelaskan dan mempraktekkan langsung di depan masyarakat tentang Maggot dan bagaimana cara membudidayakannya mulai dari pembuatan membuat wadah berisi dedak, irisan kelapa kering dan campuran bahan lainnya untuk telur RSF menetas hingga dewasa. Bahannya sangat terjangkau bahkan dapat dikatakan tidak mengeluarkan biaya, karena bermodalkan barang bekas dan sampah organik ataupun buah-buahan busuk.

Setelah wadah tempat bertelur lalat BSF itu jadi, maka lalat dengan sendirinya akan datang dari alam ke wadah yang disiapkan untuk bertelur. Kemudian begitu lalat datang dan bertelur, tinggal diletakkan dalam kandang ditutup jaring dan dikasih air di dasar kandang agar semut tidak masuk.

Dalam kandang tersebut, disusun kayu-kayu kecil bercelah untuk lalat-lalat yang sudah menetas dari telur yang pertama untuk bertelur kembali dan seterusnya hingga menghasilkan banyak Maggot.

"Telur BSF biasanya dalam tiga hari akan menetes, bagi yang jeli matanya akan terlihat larva berukuran sangat kecil (sambil menunjuk wadah yang berisi sampah organik yang sudah di olah), nanti setelah berusia 20 hari sudah bisa digunakan untuk makan ternak, dan jika sudah 45 hari keatas Maggot bisa dipindahkan ke kandang untuk menjadi lalat BSF lalu kemudian siklusnya seperti itu terus," terang Badaruddin.

Menurut Badaruddin, larva atau Maggot BSF itu memiliki kandungan protein hingga 60 persen pada maggot membuat ikan dan ternak tumbuh sehat. Sementara untuk kesehatan, Badaruddin menyatakan masyarakat tidak perlu takut karena Maggot BSF sudah terbukti. Beda halnya dengan pakan yang dijual di pasaran yang tidak diketahui ada campuran kimianya.

"Keuntungannya itu selain ternak lebih sehat untuk biaya juga lebih murah, misalnya begini, kalau satu ekor ayam memakai pakan dari toko seharga Rp 45 ribu, maka dengan Maggot BSF ini menjadi berkisar Rp 20 ribu saja. Selain itu kalau kita jual juga harganya cukup mahal itu dia harga jualnya bisa mencapai 20 ribu per ons nya. Jadi ini bisa menjadi alternatif di tengah naiknya harga pakan setiap hari. Silahkan coba," sebut Badaruddin.

Ia tertarik memberikan pengajaran tentang Maggot ini kepada masyarakat karena dinilai dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang bekerja sebagai peternak selain itu budidaya ini dinilai ramah lingkungan. Pasalnya masyarakat tidak lagi membuang limbah ke sungai karena bisa dimanfaatkan untuk wadah perkembangan Maggot BSF. Buah-buahan tak dimakan bisa diambil sebagai pakan maggot. 

"Ketika sampah ataupun limbah tak dibuang lagi, sungai bisa bersih. Ini menjadi keuntungan," sebut Badaruddin.

Terakhir Badaruddin menambahkan, apabila ada masyarakat yang tertarik untuk mempelajari tentang budidaya Maggot lebih mendalam dan berhasil, ia mempersilakan masyarakat untuk datang ke Kantor Ditpolairud Polda Riau untuk belajar dan dibimbing secara gratis.***