PEKANBARU - Partai Keadilan Sejahtera (PKS) resmi menyerahkan dokumen B1-KWK kepada 8 Paslon yang akan melaju di Pilkada Riau dalam agenda Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pemenangan Pemilu bersama DPP PKS.

Berdasarkan data yang dihimpun GoRiau.com, dari 8 daerah tersebut PKS tampak menjaga jarak dari partai yang terkenal dengan Ideologi nasionalis-nya, yakni PDIP. PKS cenderung menjalin koalisi dengan partai agamis seperti PAN, PKB dan PPP.

Bahkan, di tiga daerah PKS hanya berkoalisi dengan partai agama saja, sebut saja di Pilkada Dumai dimana PKS mengusung kadernya Edi Sepen berpasangan dengan kader PAN Zainal Abidin. Keduanya didukung oleh PAN dan PKS.

Kemudian di Pilkada Bengkalis, PKS juga memajukan kader potensialnya, Abi Bahrun dan dipasangkan dengan birokrat Pemkab Bengkalis, Herman. Herman sendiri akan menjadi kader PPP sebagai bukti keseriusan mereka meminang PPP.

Selanjutnya di Indragiri Hulu, PKS memajukan kadernya Rizal Zamzami untuk dipasangkan dengan kader PKB, Yoghi Susilo. 

Sementara di daerah lainnya, PKS juga menjalin koalisi partai agamis meskipun di dalam koalisi tersebut juga terdapat partai yang bukan partai agamis.

Khusus untuk Rokan Hilir, PKS kemungkinan tidak akan bersama dengan PDIP karena PDIP sudah mengusung Suyatno - Jamiludin. Sedangkan PKS tengah menjalin komunikasi dengan Demokrat dan Nasdem. 

Berikut rincian peta politik PKS di Pilkada Serentak Riau: 

Kepulauan Meranti: Said Hasyim - Abdul Rauf (PKS dan Golkar)

Pelalawan: Abu Mansyur Matridi - Habibi Hapri (PKS, PAN, Hanura)

Kuansing: Andi Putra - Suhardiman Amby (PKS, Golkar, Demokrat, dan Hanura)

Siak: Sayed Abubakar Assegaf - Reny Nurita (PKS dan Demokrat)

Dumai: Edi Sepen - Zainal Abidin (PKS dan PAN)

Indragiri Hulu: Rizal Zamzami - Yoghi Susilo (PKS dan PKB)

Bengkalis: Abi Bahrun - Herman (PKS dan PPP)

Rohul: Sukiman - Indra Gunawan (PKS, PDIP, Gerindra, Demokrat, Nasdem, dan Hanura).

Menanggapi peta politik ini, Pengamat Politik Riau, Aidil Haris menilai hal ini membuktikan bahwa kepentingan itu jauh lebih tinggi daripada ideologi. Karena, selama ini di tingkat elite PKS menegaskan enggan berkoalisi dengan PDIP, terutama di Solo.

"Ternyata koalisi PDIP-PKS ditemjkan Riau, politik ini bicara kepentingan, begitu dinamikanya. Kita tak bisa memungkiri itu, ketika ada kesamaan kepentingan dia kawan, ketika dia tidak punya kepentingan sama, dia kawan. Jadi, politik tidak mengenal kawan dan lawan," ujar Dosen Universitas Muhammadiyah Riau ini kepada GoRiau.com, Minggu (30/8/2020).

Menurut Aidil, mungkin saja PKS melihat 'Negeri Seribu Suluk' tersebut secara kultur budaya berbeda dengan daerah Riau lainnya, sehingga PKS berani menjalin koalisi dengan PDIP. Meskipun, secara ideologi mereka berseberangan.

Apalagi Bakal Calon Wakil Bupati yang diusung koalisi ini sudah dinyatakan menjadi kader PDIP.

"Jadi seperti yang saya bilang tadi kalau sudah ada kepentingan sama, mereka bakal lupa sama ideologinya," pungkasnya. ***