Raut wajah Nurul berubah drastis. Awalnya terlihat agak tegang, perlahan-lahan santai seiring dua jempolnya menari-nari di atas layar smartphone. Tarian jempolnya terhenti, seketika kerlingan mata mengarah ke bayi di pangkuannya. Bayi perempuan itu sedang menggaruk benjolan-benjolan kecil di tangannya.

Tak lama kemudian, Nurul kembali mengalihkan fokusnya ke layar smartphone, seiring bunyi notifikasi. Tampak, ia dengan seksama membaca isi dari notifikasi tersebut. Kemudian, dengan kamera menyala, ia membidik tangan sang bayi yang ada bintik-bintik. Dengan satu sentuhan jempol, gambar tersebut terkirim.

"Dokter minta foto yang jelas,” ujar Nurul pada Rabu (5/10/2022) pagi. Dari layar smartphone, terlihat dokter yang membalas pesan nurul bernama dr. Detri Elvira. Menunggu balasan dari dr. Detri, Nurul kembali memperhatikan tingkah sang bayi. Beberapa detik kemudian, sang dokter kembali membalas pesan tersebut.

"Dokter menyarankan agar diberi salep antibiotik dan radang," ujar Nurul. Nurul mengaku konsultasi mengenai penyakit kulit yang dialami anaknya. Dua minggu lalu, anaknya terinfeksi virus cacar dan saat ini menyisakan benjolan-benjolan kecil. Si anak terlihat tidak nyaman dengan penyakit itu.

Nurul merupakan warga Kuantan Tengah yang baru saja menggunakan aplikasi AKUSIGAP. Ia senang dengan layanan kesehatan yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi.

"Awalnya agak ragu-ragu untuk menggunakan AKUSIGAP, karena barang baru. Ternyata, sangat membantu. Kita tak perlu kemana-mana, di rumah saja bisa mendapatkan layanan kesehatan," ujar Nurul.

Nurul mengaku baru saja mendownload aplikasi tersebut yang tersedia di playstore. Setelah terinstal, ia mendaftar atas nama suami dengan alasan kepala keluarga.

"Usai instal, kita mendaftarkan diri dengan mengisi identitas, mulai dari NIK, nomor KK dan status dalam keluarga. Karena itu, akunnya atas nama suami," ujar Nurul menceritakan pengalamannya menggunakan AKUSIGAP.

Lebih lanjut, Nurul menyampaikan dalam aplikasi AKUSIGAP terdapat fitur konsultasi. Ketika fitur itu dipilih, akan tersedia kanal daftar dokter sesuai dengan poli. Ada poli gigi, poli KIA dan poli umum. "Dokternya banyak. Kita bebas pilih dokter mana saja."

"Kebetulan, di kanal poli KIA ada tiga orang dokter pengampu. Saya pilih dr. Detri karena statusnya tersedia dan ini juga berkaitan dengan kulit bayi, kan dia punya klinik kecantikan," papar Nurul tersenyum lebar.

***

GoRiau Plt Kepala Diskominfoss Kuansi
Plt Kepala Diskominfoss Kuansing menyerahkan aplikasi AKUSIGAP ke Dinas Kesehatan. (foto: prokopim kuansing untuk www.goriau.com)

Dua hari sebelumnya, tepat pada Senin, 3 Oktober 2022, Pelaksana Tugas Bupati Kuantan Singingi, Suhardiman Amby meluncurkan aplikasi AKUSIGAP di Pendopo Rumah Dinas Bupati Kuansing. Disaksikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Zainal Arifin, Suhardiman pun mencoba menggunakan layanan kesehatan via AKUSIGAP.

Ia terlihat begitu terkesan dengan AKUSIGAP. Jari-jemarinya mengutak-atik fitur yang ada di dalamnya. Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Kuansing, Jafrinaldi menerangkan fitur-fitur dalam AKUSIGAP kepada Suhardiman.

"Alhamdulillah, aplikasi ini berhasil," ucap Suhardiman disambut tepuk tangan undangan.

Aplikasi AKUSIGAP merupakan karya anak negeri di bawah binaan Dinas Komunikasi Informasi Statistik dan Persandian (Kominfoss) Kuansing. Karena itu, usai diluncurkan oleh Suhardiman, Samsir Alam selaku Plt Kepala Diskominfoss Kuansing menyerahkan ke Jafrinaldi.

"Ini akan menjadi command centre kesehatan Kuansing," ujar Jafrinaldi.

Dikatakan Jafrinaldi, dalam meningkatkan layanan kesehatan, Pemkab Kuansing membuat sepasang aplikasi. Yakni e-Doctor khusus untuk dokter dan AKUSIGAP untuk masyarakat. Para dokter yang terdaftar di Kuansing wajib masuk dalam e-Doctor. Dua aplikasi ini terkoneksi. "Kita minta para dokter menyempatkan diri dalam sehari dua jam secara bergantian. Ketika ada permintaan konsultasi dari AKUSIGAP, pesannya akan masuk ke e-Doctor."

AKUSIGAP melayani masyarakat secara gratis dan aktif 24 jam. Layanan online ini diampu oleh seluruh dokter yang terdaftar di Diskes Kuansing, kecuali dokter spesialis. “Ini kan layanan untuk faskes tingkat pertama. Masyarakat bisa konsultasi langsung ke dokter atau pun menanyakan ketersediaan tempat tidur di faskes terdekat."

"Di dalamnya juga terdapat fitur gawat darurat. Ketika tombol ini ditekan, maka akan terdeteksi dengan cepat. Itulah command centre tadi," ujar Jafrinaldi.

Jafrinaldi menyadari bahwa AKUSIGAP masih perlu pengembangan lebih luas, terutama untuk layanan tingkat lanjut. Pihaknya sudah berbicara dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kuansing dalam peningkatan layanan secara daring.

"Kita sudah melakukan pembicaraan awal dengan IDI Kuansing, nantinya aka nada MoU antara Diskes Kuansing dan IDI Kuansing. Sehingga, aplikasi ini semakin sempurna," ujar Jafrinaldi.

Bagi pengguna AKUSIGAP, Jafrinaldi memastikan tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat alias gratis. Untuk pembiayaan jasa, Diskes Kuansing sudah sepakat dengan BPJS untuk bridging. "Kita masih menunggu tim IT dari BPJS, nantinya AKUSIGAP akan terkoneksi dengan BPJS."

"Kalau sudah terintegrasi dengan BPJS, semua biaya, terutama jasa medis akan ditanggung oleh BPJS," kata Jafrinaldi.

Di sisi lain, Plt Kepala Diskominfoss Kuansing, Samsir Alam menyatakan AKUSIGAP merupakan upaya dalam memperkuat sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) Kabupaten Kuansing. Selain AKUSIGAP, pihaknya juga sedang membangun aplikasi donor darah.

"Sasarannya adalah masyarakat yang membutuhkan donor darah, nanti antara pendonor yang membutuhkan bisa berkomunikasi secara langsung. Tidak susah lagi mencari darah," ujar Samsir melalui Plt Kepala Bidang Informatika, Antoni Suryadinata.

GoRiau Suhardiman Amby menyampaikan a
Suhardiman Amby menyampaikan arahan saat peluncuran AKUSIGAP. (foto: prokopim untuk www.goriau.com)

Transformasi Pelayanan Kesehatan Menuju Kuansing Hebat

Suhardiman Amby menyatakan Pemkab Kuansing tidak main-main dalam dunia kesehatan. Ia telah mempersiapkan berbagai sarana prasarana agar pelayanan kesehatan semakin maksimal. Sejalan dengan itu, ia tidak lupa menyiapkan sumber daya manusia (SDM). Adalah dengan menyekolahkan putra-putri terbaik Kuansing di Fakultas Kedokteran.

"Untuk tahun ini, kita kuliahkan 10 orang di Kedokteran Unri. Setelah tamat nanti, mereka wajib mengabdi di Kuansing," ujar Suhardiman. Ia pun berkomitmen untuk meningkatkan SDM tenaga medis di Kuansing. Hal itu akan dimulai dengan MoU antara Pemkab Kuansing dan universitas terkemuka di Jawa, seperti UI dan UGM.

"Nanti, anak-anak Kuansing kuliah di sana. Terus S2-nya di Amerika, Jerman, Inggris dan China. Targetnya, tahun 2030, Kuansing sudah panen hasilnya. Dokter yang kita kirim ke luar negeri pulang dan melayani masyarakat," kata Suhardiman.

Sembari menunggu SDM, Suhardiman akan berupaya untuk mempersiapkan infrastruktur kesehatan, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Salah satunya adalah dengan layanan telemedicine.

"Melalui aplikasi AKUSIGAP, kita telah mulai melakukan transformasi," ujar Suhardiman. Dengan transformasi ini, tidak ada lagi masyarakat Kuansing yang tidak mendapatkan layanan kesehatan. "Semua masyarakat Kuansing harus mendapatkan layanan, dimana pun mereka berada."

Pemkab Kuansing wajib menjamin dan memberikan perlindungan kepada masyarakatnya. Suhardiman menegaskan tidak ingin mendengar ada masyarakat yang tidak terlayani di fasilitas kesehatan, karena tidak ada perlindungan kesehatan.

Diakuinya, saat ini masyarakat Kuansing yang masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan sebanyak 80,79 persen. Suhardiman akan berupaya agar mencapai 95 persen, jika itu tercapai maka pelayanan kesehatan semesta bisa diterapkan.

"Masih kurang sekitar 45.508 jiwa untuk UHC ini, kita akan upayakan," ujar Suhardiman.

Peningkatan layanan di bidang kesehatan merupakan perwujudan dari visi misi kepala daerah yakni menuju Kuansing Negeri Bermarwah. Pada visi keempat yakni berwawasan, mengandung makna bahwa pembangunan daerah untuk menciptakan penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat yang berorientasi kepada penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi informasi, sehingga terwujud birokrasi yang memiliki sumber daya manusia yang unggul, professional, memiliki peradaban tinggi, berdaya saing, berakhlak mulia, berwawasan ke depan serta berorientasi pada pelayanan publik yang prima.

"Jadi, pencapaian di bidang kesehatan saya utamakan bersamaan dengan visi misi di bidang pendidikan dan ekonomi akan kita kejar. Sehingga, nantinya pada tahun 2026, Kuansing menjadi negeri yang bermarwah," ujar Suhardiman.

GoRiau Kepala Diskes Riau menghadiri
Kepala Diskes Riau menghadiri peluncuran AKUSIGAP. (foto: prokopim untuk www.goriau.com)

Diskes Riau Puji Kuansing

Terobosan yang dibuat oleh Pemkab Kuansing mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Salah satunya Kepala Diskes Riau, Zainal Arifin saat peluncuran AKUSIGAP. Menurutnya, Pemkab Kuansing di bawah kepemimpinan Suhardiman Amby telah berhasil merealisasikan amanat Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) nomor 24 tahun 2022.

Dalam Permenkes itu dinyatakan bahwa seluruh Puskesmas dan fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) wajib menggunakan aplikasi digital paling lambat 31 Desember 2023.

"Alhamdulillah, Kuansing sudah ada. Kami sangat mengapresiasi inovasi yang dilakukan Pemkab Kuansing," ujar Zainal di Pendopo Rumah Dinas Bupati Kuansing.

Menurut Zainal, dengan aplikasi digital maka akan terjadi tertib administrasi. Tinggal bagaimana Pemkab Kuansing melakukan bridging dengan Kemenkes, sehingga data tersebut terintegrasi secara menyeluruh.

"Ketika data sudah terintegrasi, sekali entry dua tiga aplikasi terbuka. Sekalipun kita di Papua, kita bisa mendapatkan layanan," ujar Zainal.

"Berbeda dengan hari ini. Kita mendaftar secara manual ke Puskesmas, seminggu lagi datang berobat, status kita sudah hilang, bikin baru lagi. Tiga bulan lagi datang, sudah hilang lagi, bikin lagi," tambah Zainal.

Dikatakan Zainal, Diskes Riau selalu bersinergi dengan Kemenkes dalam mewujudkan visi misi agar masyarakat hidup mandiri untuk sehat. Dalam mewujudkan ini, ada tiga program yang dijalankan Diskes Riau.

"Pertama, ketika masyarakat sakit, kita harus hadir. Karena itu, Puskesmas harus buka 24 jam, paling tidak UGD-nya dibuka. Sehingga, masyarakat tidak mencari tempat berobat lain. Mana tahu, tengah malam dipatok ular, kita harus hadir," ujar Zainal.

Setelah hadir di tengah-tengah masyarakat, lanjut Zainal, pemerintah harus menjamin kesehatan masyarakat. Dimana, masyarakat tidak lagi pusing memikirkan biaya pengobatan. Maka, perlu adanya jaminan kesehatan semesta. "Semua masyarakat harus mendapatkan jaminan perlindungan kesehatan," katanya.

"Ketika kita sudah hadir di tengah masyarakat, masyarakat tidak pusing lagi dengan biaya, hal terakhir adalah meningkatkan kualitas layanan," ujar Zainal. Ia bercerita, mengapa masyarakat Riau lebih cenderung berobat ke luar negeri? Karena masyarakat puas dengan pelayanannya. "Mulai dari waiting list pendek, kualitas service, harga terukur dan cepat."

"Kita juga berharap seperti itu. Itulah jaminan kesehatan semesta. Mudah-mudahan Kuansing dan Pelalawan, dua kabupaten di Riau memulainya," ujar Zainal.

GoRiau dr. Fahdiansyah. (foto: doc)
dr. Fahdiansyah. (foto: doc)

IDI Kuansing Ingatkan Regulasi

Apresiasi lahirnya AKUSIGAP juga datang dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kabupaten Kuansing. AKUSIGAP dinilai mampu menjawab tantangan pelayanan di masa kini dan masa depan. Sebab, di era serba digital memang harus ada sebuah transformasi layanan.

"Sebagai organisasi profesi, kami sangat mengapresiasi inovasi yang dilakukan Pemkab Kuansing, dalam hal ini Diskes untuk meningkatkan akses layanan," ujar dr. Fahdiansyah, SpOG.

Menurut Fahdiansyah, terobosan yang dibuat Pemkab Kuansing jelas akan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan layanan. Hanya bermodalkan smartphone dan jaringan internet, masyarakat sudah bisa menikmati 'sentuhan' dokter.

"Mereka bisa pilih dokter lagi, tanpa harus ke Puskesmas atau RSUD," ujar dokter kandungan yang akrab disapa Ukup ini.

Kendati demikian, Ukup mengingatkan agar pengoperasian AKUSIGAP  tetap mengacu kepada regulasi, terutama alur pelayanan yang sesuai aturan. Kemudian, Ukup juga menilai ada beberapa kendala dalam sistem pelayanan, tentunya berkaitan dengan pembiayaan.

"Agar aplikasi ini berjalan secara kontinu, sebaiknya diatur sistem pembiayaan yang berkaitan dengan jasa pelayanan dan operasional pelayanan. Sepertinya AKUSIGAP belum menyentuh rana ini," tutur Ukup.

Karena itu, IDI Kuansing mengusulkan dua hal kepada Diskes Kuansing, yakni membuat regulasi yang mengatur AKUSIGAP agar bisa memanfaatkan dana bantuan operasional kesehatan (BOK).

"Kita juga berharap agar Diskes segera menggesa bridging dengan sistem BPJS, sehingga AKUSIGAP terintegrasi dengan BPJS. Dengan begitu, bisa memanfaatkan kapitasi atau klem dari pendanaan yang ditanggung BPJS," tutup Ukup.***