DURI – PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bersama Rimba Satwa Foundation (RSF) menginisiasikan program konservasi dengan membangun pola ruang antara gajah-manusia dan penetapan ruang untuk penerapan sistem agroforestri secara partisipatif.

Kegiatan yang dikemas dengan focus group discussion (FGD) tersebut turut melibatkan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Akademisi UNRI, Kesatuan Pengelola Hutan (KPH) Mandau, Pemerintah Desa/Kelurahan, Kelompok Tani hingga Pegiat Lingkungan di Aula Kantor Lurah Pematang Pudu, Duri, Kabupaten Bengkalis, Selasa (6/12/2022).

Program ini bertujuan untuk menyepakati pembagian pola ruang untuk mengembangkan sistem pertanian agroforestri, sistem ini memiliki manfaat yang multidimensi. Secara umum, lahan masyarakat yang berada di perlintasan gajah akan ditanami berbagai jenis tanaman yang tidak disukai gajah sehingga rendah gangguan, namun tetap bernilai ekonomi tinggi.

Manager Social Perfomance PHR, Pinto Budi Bowo Laksono mengatakan, bahwa pertemuan ini merupakan wadah diskusi dalam rangka meminimalisir konflik antara gajah dan manusia.

"PHR berkomitmen untuk terus melestarikan alam dan habitat Gajah Sumatera. Upaya konservasi dalam program TJSL PHR ini sangat perlu dilakukan, untuk mewarisi kelestarian alam kepada generasi selanjutnya," ujar Pinto.

Dalam FGD tersebut, terdapat 25 hektar lahan di Desa Buluh Manis dan 28 hektar di Kelurahan Pematang Pudu yang akan menjadi sasaran program tersebut. Kawasan ini, merupakan lokasi yang sering menjadi perlintasan gajah sumatera.

Pada acara itu, Plh Kabid Wilayah 2 BBKSDA Riau, Gunawan mengakui, program konservasi tidak dapat dilakukan sendiri, ini membutuhkan peran semua pihak untuk menjaga alam dan populasi gajah sumatera.

"Harimau Jawa dan Bali yang jadi ikon daerah sudah punah. Terkait Gajah Sumatera ini mengharuskan kita mencarikan solusi untuk menanggulangi interaksi negatif manusia dan satwa agar kelestariannya terjaga. Kita harus sepakat dan bekerjasama untuk melestarikannya," katanya.

Upaya yang dilakukan PHR bersama RSF tersebut merupakan langkah strategis untuk melestarikan satwa dilindungi tersebut. Wadah diskusi itu turut diapresiasi BBKSDA Riau sebagai langkah untuk melestarikan lingkungan.

"Kita harus memetakan pola ruangnya, agar identifikasi jalur dan wilayah gajah tersebut menjadi areal perlindungan mereka, dan lewat program agroforestri PHR kita juga dapat manfaat. Ini harus kita laksanakan dengan baik," ujar Gunawan.

Direktur RSF, Zulhusni Syukri menambahkan, kawasan Pematang Pudu dan Buluh Manis merupakan perlintasan gajah. Sehingga, pola agroforestri diyakini bisa menjadi solusi untuk mengantisipasi konflik antara gajah dan manusia tersebut.

Sekretaris Lurah Pematang Pudu, Beni Hendra juga memberikan peringatan kepada warganya, agar petani yang menggarap lahan tetap memperhatikan berbagai aspek dan tidak mengganggu habitat satwa liar di alamnya. ***