PEKANBARU, GORIAU.COM - Pihak kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau menyesalkan tindakan dua orang yang ternyata bekerja sebagai wartawan di Pekanbaru. Dimana, kehadiran kedua wartawan ini mengganggu ketertiban yang berujung pada keributan.

Peristiwa tersebut terjadi pada Senin (25/8/2014) sekitar pukul 12.30 Wib. Dimana, dua orang wartawan memaksa untuk mendapatkan data mengenai pengerjaan Islamic Centre yang sudah selesai tahun 2011 lalu.

Menurut Rony Trisanjaya, salah seorang staff di UPL UIN Suska Riau, dirinya didatangi dua wartawan dan meminta dokumen karakteristik bangunan Islamic Centre. Karena hanya staf biasa, Rony tidak berani memberikan dan langsung mengarahkan mereka ke Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) di lantai satu.

"Saya langsung mengarahkan mereka ke PPK, sebab semua data ada di sana," ujar Rony.

Sesampai di bawah, wartawan yang diketahui bernama Irwansyah dari Harian Berita Terkini dan Suryadi, wartawan media online riauhot.com menjumpai staf bagian AK sekaligus PPK UIN Suska Riau.

Menurut Kafrina, Kepala Biro Akademik sekaligus PPK, ia bertemu dengan Irwansyah dan Suryadi di bagian staf. Kebetulan, Kafrina sedang mengambil beberapa dokumen yang diperlu dibahas dalam rapat. Ketika itu, rapat sedang berlangsung di ruang kerjanya.

Meski demikian, Kafrina menyempatkan diri untuk bertanya kepentingan dua orang ini. "Saya tanya, mau cari siapa, Bapak," katanya.

"Mereka jawab, mau jumpa sama Bu Hanifah dan langsung saya bilang, Bu Hanifah lagi di Jakarta. Setelah itu, dia bilang mau jumpa Bu Kafrina, saya tanya lagi perlunya apa," urai Kafrina. Ternyata, dua orang wartawan ini tidak mengenal yang mana Kafrina.

"Ibu yang namanya Kafrina? Kami ada perlu sama ibu, minta penjelasan mengenai proyek Islamic Centre dan Masjid," ujar Kafrina menirukan percakapan seorang wartawan itu.

Mendengar hal itu, Kafrina mencoba menjelaskan bahwa saat ini dirinya sedang rapat dan tidak punya waktu untuk membahas itu. Sebab, pembahasan mengenai bangunan Islamic Centre dan masjid sangat panjang.

"Saya lagi rapat dan sebentar lagi, kami mau salat berjamaah," kata Kafrina sambil berjalan ke ruangannya dan meninggalkan dua wartawan ini. Tanpa disangka, ternyata salah seorang diantaranya mengikuti dari belakang.

"Bahkan, dia ikut ke ruangan ini. Sampai di sini, liat orang lagi rapat, dia keluar dan memilih untuk menunggu di luar," urai Kafrina.

Kafrina menilai, dua wartawan ini tidak punya etika. Sebab, ketika rapat sedang berlangsung, salah seorang membuka pintu dan menanyakan rapat sampai kapan. "Masih rapat juga ya," katanya.

Di UIN Suska Riau, seluruh pegawai dan staf diwajibkan untuk berhenti beraktivitas ketika jam 12.00 Wib. Sebab, waktu tersebut digunakan untuk salat berjamaah di lantai dua rektorat.

"Ketika jam 12.00 Wib, kami pending rapat. Tiba-tiba dia masuk dan minta dokumen pembangunan mesjid," lanjut Kafrina. Kafrina mencoba memberi penjelasan, bahwa untuk mendapatkan dokumen tersebut harus memasukkan surat dulu.

"Silahkan masukkan surat resmi dan saya akan jawab secara resmi juga," kata Kafrina. Mendengar jawaban itu, salah seorang dari dua wartawan itu langsung mengatakan bahwa pejabat di UIN korupsi.

Mendengar kata korupsi, Suhendra, seorang pegawai UIN mencoba menasehati agar kedua wartawan itu bicara baik-baik. Tapi, usahanya gagal. "Kalau kami tidak mau ngasih data, anda mau apa," ujar Kafrina menirukan Suhendra.

Setelah itu, lanjut Kafrina, Suhendra pergi meninggalkan ruangan dan menuju lantai dua untuk salat berjamaah. Namun, seorang wartawan mengikuti dari belakang dan satunya masih bertahan di ruangan Kafrina. "Saat itu, sudah rakaat kedua orang salat," katanya.

"Merasa terganggu dengan wartawan ini, dia minta pihak keamanan kampus untuk mengamankan," kata Kafrina.

Ternyata, Irwansyah dan Suryadi tidak terima dengan perlakuan tersebut. Bahkan, dia minta untuk dipukul. "Ayo, pukul saya, pukul, pukul," ujar wartawan bertubuh gempal ke sekuriti.

"Saya lihat dan langsung saya larang sekurit untuk memukul. Saya bilang, ini urusan saya. Nanti diselesaikan usai salat," ujar Kafrina.

Masih keterangan Kafrina, keributan kembali terjadi ketika seluruh pejabat UIN tengah salat berjamaah. Merasa terganggu dengan keributan itu, usai salat seluruh jamaah turun melihat apa yang terjadi.

Dikatakan Kafrina, kedua orang itu sudah disuruh untuk pergi. Namun, mereka kembali dan minta dipukul.

"Pukul saya, pukul kalau berani. Ayo pukul," ujar wartawan bertubuh gempal sambil mengepalkan tangan. Melihat reaksi itu, pihak sekuriti langsung mengamankan dan menyuruh pergi. Tapi, ia malah ngotot dan salah satunya merekam adegan itu.

"Yang gemuk, gempal menantang. Sedangkan yang tinggi, kurus merekam dengan handphone-nya," terang Kafrina.

Tindakan tersebut jelas merusak ketentraman dan mengganggu ketertiban umum. Oleh karena itu, sekurit UIN mencoba menghalau dan saat itulah terjadi dorongan antara wartawan dan pihak kampus.(san)