JAKARTA -- Sindrom badai sitokin perlu diwaspadai pasien Covid-19. Sebab, dalam beberapa kasus sindrom ini berpotensi memicu kompilasi pernapasan hingga kematian.

Dikutip dari detikhealth, badai sitokin adalah kondisi respons imun tubuh yang berlebihan. Biasanya kondisi tersebut dipicu oleh infeksi. Sitokin sendiri merupakan protein yang mengomunikasikan sinyal-sinyal dalam tubuh untuk merespons infeksi.

Dalam kondisi normal, sitokin membantu mengoordinasikan respons sistem kekebalan tubuh untuk menangani zat menular, seperti virus atau bakteri. Permasalahan pada respons yang dilakukan sitokin dapat merugikan kesehatan tubuh, seperti menyebabkan kegagalan organ dan kematian.

Melansir dari Very Well Health, pada orang yang mengalami sindrom badai sitokin, sitokin tertentu hadir dalam darah dalam jumlah yang lebih tinggi dari batas normal. Pada Covid-19, peningkatan beberapa sitokin inflamasi dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut, yakni penyebab utama kematian pada penyintas Covid-19.

Gejala Badai Sitokin

Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda. Terkadang berupa gejala ringan seperti flu. Namun, gejalanya juga bisa parah dan mengancam jiwa.

Berikut gejala badai sitokin:

1. Demam dan menggigil

2. Kelelahan

3. Pembengkakan ekstremitas

4. Mual dan muntah

5. Nyeri otot dan persendian

6. Sakit kepala

7. Ruam

8. Batuk

9. Sesak napas

10. Napas cepat

11. Kejang

12. Menggigil

13. Kesulitan mengoordinasikan gerakan

14. Kebingungan dan halusinasi

15. Kelesuan dan daya tanggap yang buruk

16. Tekanan darah yang sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi tanda badai sitokin yang parah. Pada kondisi ini, jantung mungkin tidak bekerja sebaik biasanya. Hal tersebut mengakibatkan badai sitokin dapat mempengaruhi banyak sistem organ.

Penyebab Badai Sitokin

Para ilmuwan masih bekerja untuk memahami jaringan kompleks penyebab yang dapat menyebabkan terjadinya badai sitokin. Para ahli menduga, hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa jenis masalah kesehatan yang mendasarinya, seperti sistem kekebalan itu sendiri.

''Biasanya, sitokin bekerja untuk membantu tubuh kita dalam jumlah sedang. Namun pada kondisi tertentu, di mana jumlahnya menjadi terlalu banyak, sistem kekebalan malah menyebabkan kerusakan pada tubuh pasien,'' papar profesor di divisi penyakit menular di University of Cincinnati College of Medicine, Carl Fichtenbaum, dikutip dari detikHealth, Senin (23/8/2021).

Dampak Badai Sitokin

Pengidap badai sitokin pada pasien Covid-19 dapat mengalami demam dan sesak napas yang berpotensi menyebabkan kompilasi pernapasan. Biasanya, kompilasi ini muncul dalam waktu 6-7 hari setelah terinfeksi Covid-19.

Sementara itu, orang dengan sindrom autoimun tertentu memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom badai sitokin. Misalnya, ini dapat terjadi pada penyakit Still, pada arthritis idiopatik remaja sistemik (JIA), dan pada lupus. Dalam konteks ini, badai sitokin sering disebut dengan nama "sindrom aktivasi makrofag''.

Apa bila seseorang mengalami gejala yang parah, seperti kesulitan bernapas, maka diperlukan perawatan di unit perawatan intensif. Dalam beberapa situasi, dimungkinkan untuk mengobati sumber yang mendasari badai sitokin. Misalnya, jika badai sitokin disebabkan oleh infeksi bakteri, maka antibiotik dapat membantu pasien.***